Total Pageviews

Thursday, October 24, 2013

senyuman mentary


mentary… sosok wanita yang selama 6 tahun terakhir selalu membahagiakan aku. Dia menjadi satu-satunya wanita yang paling aku sayangi. Dia yang mengerti kemauanku, dia yang mengerti selama ini aku tidak bisa sedikit saja tidak mendapat kabar darinya. Dia selalu menjadi penyeka setiap airmata yang jatuh karena lelahku. Aku bukan lelaki cengeng, tetapi adakalanya aku benar-benar terjatuh dan butuh seorang wanita yang mau bersedia menjadi penyandar.
Tetapi, untuk beberapa waktu belakangan ini, ada sesosok wanita lain dari dalam hidupku. Dia datang dengan segala perhatian dan kebaikannya juga. Ntah apa maksudnya.. tidak tahukah dia aku begitu mencintai mentary.. dia selalu menunjukkan tangisnya karena sikapku yang terlalu cuek dengannya. Jelas, saja. Aku masih memiliki mentary. Dia hanya wanita jalang yang ingin merebut aku dari mentary.. atau memang dia ….
#
“mentary.. gak gitu.. maksud aku seharusnya kamu tahu, aku ngelarang kamu untuk pergi karena aku tahu, itu bukan suatu yang penting-penting banget lah. Mau study tour emang mesti banget ya ke singapur” jelasku saat itu
“aku gak mau. Pokoknya ada atau tidak ada izin dari kamu, aku tetap mau pergi. Jody ikut kok. Kamu tenang aja.”
“aku tahu jody ikut. Tapi aku gak ikut”
“sayang.. Jakarta-singapur berapa lama sih, bentar doank kok. Dan aku disana Cuma 3 hari, setelah itu aku pulang. Masak iya kamu gak sabar. Hey.. kita pacaran udah dari SMP. Dari masih pikiran anak-anak sampe sekarang udah dewasa. Masak iya kamu masih gak percaya sama aku” jelasnya sambil menyentuh hidungku dengan bibirnya
“aku percaya sayang, ya udah kamu hati-hati ya.. disana kabarin aku terus.”
“oh, pasti donk. Mau dibawain oleh-oleh apa sama aku. Hati aku aja kali ya?” mentary tersenyum
Aku menggelitikkan perutnya sampai dia tidak berhenti tertawa. Semakin suka aku menjahilinya jika dia sudah berkata “jangan sayang, cukup.. itu geli.. “ . masih teringat jelas saat mentary mencoba merangkulku, memelukku, menciumi bibirku jika dia benar-benar merasa kangen dan takut kehilanganku.
Masih banyak hal yang mengingatkanku dengannya. Aku dan dia sama-sama berkuliah di salah satu universitas negeri di Jakarta. Sama-sama mengambil jurusan sastra Indonesia. Aku dan dia juga memiliki dua sahabat bernama jody dan vania. Jody dan vania berbeda jurusan denganku dan juga mentary. Kami berempat sudah bersahabat sejak kami sama-sama duduk di bangku menengah pertama.
Mentary adalah seorang wanita yang tidak pernah melarangku. Tidak pernah marah jika aku melakukan kesalahan, sosok wanita yang sempurna dimataku. Sosok wanita yang benar-benar ingin aku jadikan kekasih hatiku untuk selamanya.
#
Pagi itu, mendung menyelimuti langit-langit Jakarta, aku memang datang pagi untuk mengantarkan mentary ke bandara. Mengantarkan kekasih hatiku untuk pergi jauh, ke singapura. Selama 6 tahun kami berpacaran, baru kali ini kami benar-benar terpisah. Rasanya berat sekali melepaskan kepergiannya. Biarpun hanya 3 hari. Tetapi, mentary tidak pernah meminta apapun dariku, dan sekarang jika dia ingin pergi, mana mungkin bisa aku melarangnya, sementara dia tidak pernah melarangku.
“disana hati-hati ya sayang.. “
“siap. Jangan lirik cewek lain ya, tapi kalo ada cewek yang lebih baik dari aku, kamu boleh deh selingkuh atau jatuh cinta sama cewek itu.”
Kata-katanya yang terakhir membuat aku semakin berat untuk melepaskannya. Tidak tahu, aku punya firasat buruk tentang kepergiannya kali ini. Mungkin karena aku tidak ikut bersamanya. Aku dan dia memilih organisasi yang berbeda di kampus. Aku satu organisasi dengan vania, sementara mentary satu organisasi dengan jody.
Aku melambaikan tanganku saat mentary sudah ada dibalik pintu kaca itu. dia tersenyum. Senyumnya adalah senyum terindah yang paling aku suka dan aku nanti. Aku mencintainya tanpa syarat dan benar-benar ingin dia adalah kekasih hatiku seumur hidup.
Aku pulang dengan vania, den sesampainya dirumah. Vania mendapat telpon dari seseorang. Mukanya terlihat murung, dia menangis. Aku memeluknya erat, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan vania. Dia belum memiliki pacar, lalu. Apa yang membuatnya menangis..
“yongki.. mentary….”
#
“hy.. sayang.. selamat pagi..” sapaku pada sosok wanita yang duduk tepat di bangku paling belakang dikelasku.
“hay kamu. Gimana pagi ini, menyenangkan?”
“wih.. iya donk.. tidur tadi malam nyenyak kan ya?”
“sangat.. makasih ya kamu..” wanita itu tersenyum
“hay ki. Selamat pagi..” sapa vania
“selamat pagi.. aku nanti mau pulang bareng sama mentary ya” aku sambil melirik mentary dan memegang tangannya
“iyaa.. hay mentary, apa kabar.. hati-hati ya pulangnya nanti sama yongki. aku masuk ke kelas dulu” jelas vania
Ada mendung dimata vania. Kenapa dia. Apalagi yang membuatnya sedih kali ini,, sudah sering aku melihatnya menangis jika aku sedang bersama mentary. Aku tahu, sejak kami duduk di bangku SMA, vania memang pernah mengutarakan perasaannya terhadapku. Dia mencintaiku. Tapi, aku tidak bisa sedikit saja memalingkan hatiku kepadanya, dikarenakan mentary lebih berharga darinya. Dia berharga tetapi hanya sebatas sahabatku.
Saat aku sedang tertawa-tawa dengan mentary di belakang kelas, banyak tatapan-tatapan aneh memandangi kami. Tidak tahu kenapa. Aku merasa tidak ada yang salah denganku dan mentary. Mereka hanya iri, mungkin. Atau kami yang tidak tahu situasi, bermesraan di dalam kelas.
Disaat aku benar-benar sedang tertawa berdua dengan mentary, tiba-tiba ada suara dari depan, “woy, ki. Sadar loe. loe itu udah gilak” suasana ruang kelas riuh. Mereka tertawa,, menertawakanku. Apa yang terjadi, ada yang salah jika aku bermesraan dengan kekasih hatiku. Lalu, kenapa aku dikatakan gila. Kenapa mereka menertawakanku. Aku tersulut emosi, aku bangkit dari tempat duduk dan hendak memberi satu tinju kepadanya, mentary menarik tanganku. Dia tersenyum. Hatiku yang awalnya panas karena tersulut emosi, tiba-tiba mendadak hening dan sejuk melihat senyumnya.
#
“yongki…mentary… meninggal.. pesawat yang dia tumpangi bersama kawan-kawan kita jatuh. Ada 16 orang yang tewas, sementara yang lain luka-luka. Mentary salah satu dari yang tewas itu..”
Aku melapas pelukanku vania. Tidak.. itu tidak mungkin.. mentary baru saja tersenyum denganku tadi, dia memelukku erat. Dia memegangi tanganku. Kenapa.. itu tidak mungkin. Aku langsung berteriak histeris. Aku gila. Vania mencoba menenangkanku, tapi aku meronta. Aku memang sedang berada dirumah vania saat itu. aku tidak bisa menerima kenyataan. Vania menghantarkanku pulang. Dia sempat menanyakan padaku , untuk mengecek kejadin itu benar atau tidak, tetapi aku menolaknya. Aku tidak mau. Aku bukan takut menerima kenyataan, aku hanya tidak mau terluka. Terluka karena aku tahu, berita itu bohong.
#
“yongki.. sudah 3 minggu ini kamu tidak mau masuk kuliah. Mentary sudah tenang di sana. Tolong, jangan seperti ini. Kamu masih memiliki mimpi yongki. “
“maksud kamu. Mentary.. dia kenapa? Tolong bilang sama dia, aku Cuma ingin sama kamu” mataku menatap mentary dia tersenyum
“mana.. mentary dimana?”
“kamu tidak bisa melihatnya.. lihat dia tersenyum. Dia sedang memegang tanganku sekarang..”
“sayang.. besok kamu kuliah ya. aku juga kuliah kok” mentary tersenyum
“iya sayang, besok aku kuliah. Vania, besok aku kuliah kok. Sama mentary. Besok aku jemput ya sayang”
“iya donk.. “ jawab mentary
#
“yongki.. kamu sayang gak sama aku?” Tanya mentary tiba-tiba
“hah.. kenapa kamu nanya gitu sayang.. ya jelas donk aku sayang sama kamu”
“tahu gak, tentang cinta sejati, cinta yang sampai mati. Kamu bakalan kayak gitu gak?”
“sayang,, tentu aja lah.. memangnya kenapa sih?”
“lihat aku.. aku udah mati.. itu cinta sejati kan, tapi kamu belom mati, dan kamu  belum nikah. Kamu berhak mencari kebahagiaan kamu yang lain sayang”
“maksud kamu..?”
“kamu gak pernah mikir, kenapa setiap aku ajak kamu melihat senja di danau ini, aku selalu memakai baju putih ini. Yongki.. cinta tidak pernah di ukur dari jarak. Aku mencintai kamu sekarang dan selamanya. Bahkan sampai aku mati. Sayang,, lihatlah. Senja itu indah bukan, lihat pantulannya ke air danau yang tenang itu. indah kan, atau coba lihat sekali saja, ada orang yang benar-benar mencintai kamu. Sayang, kamu masih hidup di dunia nyata. Kamu masih bisa menyulam tawa, tolong jangan lagi bergulat dengan duka. Tolong, hiduplah kembali untukku. Simpulkan lagi tawamu. Ingatkan, aku pernah bilang. Jika ada seorang wanita yang lebih baik dari aku, kamu boleh jatuh cinta sama dia. Dan kamu, coba tutup mata kamu. Lihat, ada siapa di dalam pikiran kamu. Mungkin bukan aku lagi, tetapi sudah ada vania. Kembali ke dunia nyata sayang. Kamu harus hidup kembali. Ada banyak orang yang menunggumu. Maaf jika aku masih mengganggumu, hingga banyak orang yang bilang kamu gila, tapi itu dikarenakan aku ingin kamu sekali saja mengunjungi makamku. Beri sedikit bunga yang wangi itu diatas pusaraku. Ini bukan kesalahanmu sayang, jadi jangan mengutuk dirimu sendiri.”
Aku menangis, benarkah. Benarkah selama ini aku hanya berhalusinasi bersamanya. Mencintai sosok wanita yan sudah berbeda alamnya denganku. Benarkan aku gila. Pikiranku melayang beberapa waktu yang lalu, saat vania tiba-tiba menangis di depan kamarku dikarenakan aku mengurung diri dan berniat mengakhiri hidupku untuk menyusul kepergian mentary.
“tolong yongki.. sedikit saja dengarkan aku. Kamu harus terima kenyataan kalau mentary sudah meninggal. Tolong, kembali ke hidup kamu. Aku sayang kamu yongki. Aku juga kehilangan jody dan mentary.” Dia menangis terisak
Aku masih tidak memperdulikannya. Aku sibuk dengan semua foto-foto mentary yang aku tempel hampir didetiap sudut dinding kamarku.
“yongki.. kamu tidak gila. Mentary memang masih ada, tapi dia ada hanya untuk membuat kamu kembali ke dunia nyata. Dia menginginkan kamu membuang semua rasa bersalah kamu. Dia meninggal bukan karena kamu tidak berusaha melarangnya, tapi memang sudah takdir yongki. Kembalilah ke dunia nyata kamu. “
“aku gak gila van.. mentary masih hidup. Dia sedang tersenyum melihatku sekarang. “ aku melemparkan handphoneku ke pintu itu. semantara vania berteriak dari balik pintu kamarku.
Kini aku menangis sejadi-jadinya, mendengar semua penjalasan mentary, dan kejadian tadi pagi dikampus, sudah cukup membuktikan bahwa selama ini aku hanya berbicara dan bermesraan dengan sosok bayangannya atau makhluk lain yang menyerupai mentary. Kali ini melihatku tersenyum, mentary tersenyum.
#
“vania.. ajak aku ke makam mentary.. aku ingin kasih mawar putih ini ke atas pusara dia”
Vania kaget mendengar perkataanku. Dia seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Sesosok cowok yang selama ini selalu membuat mendung di wajahnya, kali ini sudah membuat cerah di wajahnya. Aku mengulurkan tanganku, dia tersenyum, sambil menyambut uluran tanganku.
Sesampainya di pemakaman itu, aku langsung meletakkan mawar putih itu di pusara mentary. Sambil berkata
“mentary, maafkan aku sudah jadi lelaki bodoh selama ini. Sudah menjadi kekasih yang tidak pernah bisa menerima kenyataan. Maafkan aku. Aku mencintaimu. Tapi, aku ingin menikah dengan vania. doakan aku dan dia bisa bahagia ya. “ kataku sambil menguatkan genggaman tanganku
Vania, menoleh. Dia mengeluarkan airmata. Sekali lagi lelaki bodoh ini membuatnya menangis. Membuatnya berduka. Membuatnya menjadi wanita bodoh yang mau menerima lelaki setengah gila sepertiku. Cinta memang sudah terlambat untuk hadir, tetapi jika kita masih ingin mencoa dan tidak takut untuk mengejar cinta itu, maka dia akan datang dengan sendirinya.

No comments:

Post a Comment