mentary… sosok
wanita yang selama 6 tahun terakhir selalu membahagiakan aku. Dia menjadi
satu-satunya wanita yang paling aku sayangi. Dia yang mengerti kemauanku, dia
yang mengerti selama ini aku tidak bisa sedikit saja tidak mendapat kabar darinya.
Dia selalu menjadi penyeka setiap airmata yang jatuh karena lelahku. Aku bukan
lelaki cengeng, tetapi adakalanya aku benar-benar terjatuh dan butuh seorang
wanita yang mau bersedia menjadi penyandar.
Tetapi, untuk
beberapa waktu belakangan ini, ada sesosok wanita lain dari dalam hidupku. Dia datang
dengan segala perhatian dan kebaikannya juga. Ntah apa maksudnya.. tidak
tahukah dia aku begitu mencintai mentary.. dia selalu menunjukkan tangisnya
karena sikapku yang terlalu cuek dengannya. Jelas, saja. Aku masih memiliki
mentary. Dia hanya wanita jalang yang ingin merebut aku dari mentary.. atau
memang dia ….
#
“mentary.. gak
gitu.. maksud aku seharusnya kamu tahu, aku ngelarang kamu untuk pergi karena
aku tahu, itu bukan suatu yang penting-penting banget lah. Mau study tour emang
mesti banget ya ke singapur” jelasku saat itu
“aku gak mau. Pokoknya
ada atau tidak ada izin dari kamu, aku tetap mau pergi. Jody ikut kok. Kamu tenang
aja.”
“aku tahu jody
ikut. Tapi aku gak ikut”
“sayang.. Jakarta-singapur
berapa lama sih, bentar doank kok. Dan aku disana Cuma 3 hari, setelah itu aku
pulang. Masak iya kamu gak sabar. Hey.. kita pacaran udah dari SMP. Dari masih
pikiran anak-anak sampe sekarang udah dewasa. Masak iya kamu masih gak percaya
sama aku” jelasnya sambil menyentuh hidungku dengan bibirnya
“aku percaya
sayang, ya udah kamu hati-hati ya.. disana kabarin aku terus.”
“oh, pasti donk.
Mau dibawain oleh-oleh apa sama aku. Hati aku aja kali ya?” mentary tersenyum
Aku menggelitikkan
perutnya sampai dia tidak berhenti tertawa. Semakin suka aku menjahilinya jika
dia sudah berkata “jangan sayang, cukup.. itu geli.. “ . masih teringat jelas
saat mentary mencoba merangkulku, memelukku, menciumi bibirku jika dia
benar-benar merasa kangen dan takut kehilanganku.
Masih banyak hal
yang mengingatkanku dengannya. Aku dan dia sama-sama berkuliah di salah satu
universitas negeri di Jakarta. Sama-sama mengambil jurusan sastra Indonesia. Aku
dan dia juga memiliki dua sahabat bernama jody dan vania. Jody dan vania
berbeda jurusan denganku dan juga mentary. Kami berempat sudah bersahabat sejak
kami sama-sama duduk di bangku menengah pertama.
Mentary adalah
seorang wanita yang tidak pernah melarangku. Tidak pernah marah jika aku
melakukan kesalahan, sosok wanita yang sempurna dimataku. Sosok wanita yang
benar-benar ingin aku jadikan kekasih hatiku untuk selamanya.
#
Pagi itu,
mendung menyelimuti langit-langit Jakarta, aku memang datang pagi untuk
mengantarkan mentary ke bandara. Mengantarkan kekasih hatiku untuk pergi jauh,
ke singapura. Selama 6 tahun kami berpacaran, baru kali ini kami benar-benar
terpisah. Rasanya berat sekali melepaskan kepergiannya. Biarpun hanya 3 hari. Tetapi,
mentary tidak pernah meminta apapun dariku, dan sekarang jika dia ingin pergi,
mana mungkin bisa aku melarangnya, sementara dia tidak pernah melarangku.
“disana
hati-hati ya sayang.. “
“siap. Jangan lirik
cewek lain ya, tapi kalo ada cewek yang lebih baik dari aku, kamu boleh deh
selingkuh atau jatuh cinta sama cewek itu.”
Kata-katanya
yang terakhir membuat aku semakin berat untuk melepaskannya. Tidak tahu, aku
punya firasat buruk tentang kepergiannya kali ini. Mungkin karena aku tidak
ikut bersamanya. Aku dan dia memilih organisasi yang berbeda di kampus. Aku satu
organisasi dengan vania, sementara mentary satu organisasi dengan jody.
Aku melambaikan
tanganku saat mentary sudah ada dibalik pintu kaca itu. dia tersenyum. Senyumnya
adalah senyum terindah yang paling aku suka dan aku nanti. Aku mencintainya tanpa
syarat dan benar-benar ingin dia adalah kekasih hatiku seumur hidup.
Aku pulang
dengan vania, den sesampainya dirumah. Vania mendapat telpon dari seseorang. Mukanya
terlihat murung, dia menangis. Aku memeluknya erat, aku tidak tahu apa yang
terjadi dengan vania. Dia belum memiliki pacar, lalu. Apa yang membuatnya
menangis..
“yongki..
mentary….”
#
“hy.. sayang..
selamat pagi..” sapaku pada sosok wanita yang duduk tepat di bangku paling
belakang dikelasku.
“hay kamu. Gimana
pagi ini, menyenangkan?”
“wih.. iya
donk.. tidur tadi malam nyenyak kan ya?”
“sangat..
makasih ya kamu..” wanita itu tersenyum
“hay ki. Selamat
pagi..” sapa vania
“selamat pagi..
aku nanti mau pulang bareng sama mentary ya” aku sambil melirik mentary dan
memegang tangannya
“iyaa.. hay
mentary, apa kabar.. hati-hati ya pulangnya nanti sama yongki. aku masuk ke
kelas dulu” jelas vania
Ada mendung
dimata vania. Kenapa dia. Apalagi yang membuatnya sedih kali ini,, sudah sering
aku melihatnya menangis jika aku sedang bersama mentary. Aku tahu, sejak kami
duduk di bangku SMA, vania memang pernah mengutarakan perasaannya terhadapku. Dia
mencintaiku. Tapi, aku tidak bisa sedikit saja memalingkan hatiku kepadanya,
dikarenakan mentary lebih berharga darinya. Dia berharga tetapi hanya sebatas
sahabatku.
Saat aku sedang
tertawa-tawa dengan mentary di belakang kelas, banyak tatapan-tatapan aneh
memandangi kami. Tidak tahu kenapa. Aku merasa tidak ada yang salah denganku
dan mentary. Mereka hanya iri, mungkin. Atau kami yang tidak tahu situasi,
bermesraan di dalam kelas.
Disaat aku
benar-benar sedang tertawa berdua dengan mentary, tiba-tiba ada suara dari
depan, “woy, ki. Sadar loe. loe itu udah gilak” suasana ruang kelas riuh. Mereka
tertawa,, menertawakanku. Apa yang terjadi, ada yang salah jika aku bermesraan
dengan kekasih hatiku. Lalu, kenapa aku dikatakan gila. Kenapa mereka
menertawakanku. Aku tersulut emosi, aku bangkit dari tempat duduk dan hendak memberi
satu tinju kepadanya, mentary menarik tanganku. Dia tersenyum. Hatiku yang
awalnya panas karena tersulut emosi, tiba-tiba mendadak hening dan sejuk
melihat senyumnya.
#
“yongki…mentary…
meninggal.. pesawat yang dia tumpangi bersama kawan-kawan kita jatuh. Ada 16
orang yang tewas, sementara yang lain luka-luka. Mentary salah satu dari yang
tewas itu..”
Aku melapas
pelukanku vania. Tidak.. itu tidak mungkin.. mentary baru saja tersenyum
denganku tadi, dia memelukku erat. Dia memegangi tanganku. Kenapa.. itu tidak
mungkin. Aku langsung berteriak histeris. Aku gila. Vania mencoba
menenangkanku, tapi aku meronta. Aku memang sedang berada dirumah vania saat
itu. aku tidak bisa menerima kenyataan. Vania menghantarkanku pulang. Dia sempat
menanyakan padaku , untuk mengecek kejadin itu benar atau tidak, tetapi aku
menolaknya. Aku tidak mau. Aku bukan takut menerima kenyataan, aku hanya tidak
mau terluka. Terluka karena aku tahu, berita itu bohong.
#
“yongki.. sudah
3 minggu ini kamu tidak mau masuk kuliah. Mentary sudah tenang di sana. Tolong,
jangan seperti ini. Kamu masih memiliki mimpi yongki. “
“maksud kamu. Mentary..
dia kenapa? Tolong bilang sama dia, aku Cuma ingin sama kamu” mataku menatap
mentary dia tersenyum
“mana.. mentary
dimana?”
“kamu tidak bisa
melihatnya.. lihat dia tersenyum. Dia sedang memegang tanganku sekarang..”
“sayang.. besok
kamu kuliah ya. aku juga kuliah kok” mentary tersenyum
“iya sayang,
besok aku kuliah. Vania, besok aku kuliah kok. Sama mentary. Besok aku jemput
ya sayang”
“iya donk.. “
jawab mentary
#
“yongki.. kamu
sayang gak sama aku?” Tanya mentary tiba-tiba
“hah.. kenapa
kamu nanya gitu sayang.. ya jelas donk aku sayang sama kamu”
“tahu gak,
tentang cinta sejati, cinta yang sampai mati. Kamu bakalan kayak gitu gak?”
“sayang,, tentu
aja lah.. memangnya kenapa sih?”
“lihat aku.. aku
udah mati.. itu cinta sejati kan, tapi kamu belom mati, dan kamu belum nikah. Kamu berhak mencari kebahagiaan
kamu yang lain sayang”
“maksud kamu..?”
“kamu gak pernah
mikir, kenapa setiap aku ajak kamu melihat senja di danau ini, aku selalu
memakai baju putih ini. Yongki.. cinta tidak pernah di ukur dari jarak. Aku mencintai
kamu sekarang dan selamanya. Bahkan sampai aku mati. Sayang,, lihatlah. Senja itu
indah bukan, lihat pantulannya ke air danau yang tenang itu. indah kan, atau
coba lihat sekali saja, ada orang yang benar-benar mencintai kamu. Sayang, kamu
masih hidup di dunia nyata. Kamu masih bisa menyulam tawa, tolong jangan lagi
bergulat dengan duka. Tolong, hiduplah kembali untukku. Simpulkan lagi tawamu. Ingatkan,
aku pernah bilang. Jika ada seorang wanita yang lebih baik dari aku, kamu boleh
jatuh cinta sama dia. Dan kamu, coba tutup mata kamu. Lihat, ada siapa di dalam
pikiran kamu. Mungkin bukan aku lagi, tetapi sudah ada vania. Kembali ke dunia
nyata sayang. Kamu harus hidup kembali. Ada banyak orang yang menunggumu. Maaf jika
aku masih mengganggumu, hingga banyak orang yang bilang kamu gila, tapi itu
dikarenakan aku ingin kamu sekali saja mengunjungi makamku. Beri sedikit bunga
yang wangi itu diatas pusaraku. Ini bukan kesalahanmu sayang, jadi jangan
mengutuk dirimu sendiri.”
Aku menangis,
benarkah. Benarkah selama ini aku hanya berhalusinasi bersamanya. Mencintai sosok
wanita yan sudah berbeda alamnya denganku. Benarkan aku gila. Pikiranku melayang
beberapa waktu yang lalu, saat vania tiba-tiba menangis di depan kamarku
dikarenakan aku mengurung diri dan berniat mengakhiri hidupku untuk menyusul
kepergian mentary.
“tolong yongki..
sedikit saja dengarkan aku. Kamu harus terima kenyataan kalau mentary sudah
meninggal. Tolong, kembali ke hidup kamu. Aku sayang kamu yongki. Aku juga
kehilangan jody dan mentary.” Dia menangis terisak
Aku masih tidak
memperdulikannya. Aku sibuk dengan semua foto-foto mentary yang aku tempel
hampir didetiap sudut dinding kamarku.
“yongki.. kamu
tidak gila. Mentary memang masih ada, tapi dia ada hanya untuk membuat kamu
kembali ke dunia nyata. Dia menginginkan kamu membuang semua rasa bersalah
kamu. Dia meninggal bukan karena kamu tidak berusaha melarangnya, tapi memang
sudah takdir yongki. Kembalilah ke dunia nyata kamu. “
“aku gak gila
van.. mentary masih hidup. Dia sedang tersenyum melihatku sekarang. “ aku
melemparkan handphoneku ke pintu itu. semantara vania berteriak dari balik
pintu kamarku.
Kini aku
menangis sejadi-jadinya, mendengar semua penjalasan mentary, dan kejadian tadi
pagi dikampus, sudah cukup membuktikan bahwa selama ini aku hanya berbicara dan
bermesraan dengan sosok bayangannya atau makhluk lain yang menyerupai mentary. Kali
ini melihatku tersenyum, mentary tersenyum.
#
“vania.. ajak
aku ke makam mentary.. aku ingin kasih mawar putih ini ke atas pusara dia”
Vania kaget
mendengar perkataanku. Dia seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Sesosok
cowok yang selama ini selalu membuat mendung di wajahnya, kali ini sudah
membuat cerah di wajahnya. Aku mengulurkan tanganku, dia tersenyum, sambil
menyambut uluran tanganku.
Sesampainya di
pemakaman itu, aku langsung meletakkan mawar putih itu di pusara mentary. Sambil
berkata
“mentary,
maafkan aku sudah jadi lelaki bodoh selama ini. Sudah menjadi kekasih yang
tidak pernah bisa menerima kenyataan. Maafkan aku. Aku mencintaimu. Tapi, aku
ingin menikah dengan vania. doakan aku dan dia bisa bahagia ya. “ kataku sambil
menguatkan genggaman tanganku
Vania, menoleh. Dia
mengeluarkan airmata. Sekali lagi lelaki bodoh ini membuatnya menangis. Membuatnya
berduka. Membuatnya menjadi wanita bodoh yang mau menerima lelaki setengah gila
sepertiku. Cinta memang sudah terlambat untuk hadir, tetapi jika kita masih
ingin mencoa dan tidak takut untuk mengejar cinta itu, maka dia akan datang
dengan sendirinya.
No comments:
Post a Comment