Subuh itu semua
tidak sama lagi. Aku masih termenung dengan apa yang aku lihat. Tatapannya tajam.
Matanya merah bagaikan orang yang benar-benar marah. Aku takut melihat itu
semua. Tapi dia orang yang sangat aku cintai. Aku tidak akan mungkin membiarkannya
sendiri. Selama hampir 3 tahun aku dan
dia merenda kasih. Bahkan dia menjadi satu-satunya orang yang tidak pernah
membuat aku minder dengan keadaanku. Dialah orang yang selalu mau menerima
kondisiku. Dia tidak pernah malu untuk mengakuiku sebagai kekasihnya. Bahkan,
tidak pernah malu mengenalkan aku dengan teman-temannya. Sekarang, dia berubah.
Dia bukan lagi Aldrian yang aku kenal 3 tahun lalu. Bukan lagi Aldrian yang
menjadikan aku permaisuri. Tetapi, aku tetap mencintainya.
Langit masih
gelap, dan hujan yang turun tadi malam masih senantiasa setia turun dengan
derasnya. Sepertinya awan hitam enggan beranjak dari gelap malam itu. bahkan
petir dan kilat yang menyambar masih terus bergemuruh mengawali hari itu.
“selamat ulang
tahun Aldrian” kataku sambil mendekap fotonya.
Ku tepis semua
bayangan-bayangan wajahnya tatkala dia menyakitiku. Ingin kugantikan dengan
bayangan-bayangan dari kenangan yang sempat aku urai bersamanya. Hari ini tepat
Aldrian berulang tahun yang ke 22 tahun. 3 tahun lalu aku mengenalnya, dengan
dia yang masih mencintaiku melalui hatinya yang rapuh.
“aku cinta kamu
casandra, dan kamu?” menatapku dengan penuh cinta
“aku jauh lebih
mencintaimu… “
Kebiasaannya yang
selalu tertidur dipundakku, atau sekedar mencium aroma tubuhku dibagian
leherku, sehingga aku kadang merasa geli. Jika sudah seperti itu, tangannya pun
selalu ikut berkontraksi untuk sekedar menggelitik perutku, hingga aku tertawa
terpingkal-pingkal. Dia sama sekali tidak pernah menyakitiku. Dia selalu
menjagaku. Dia seorang lelaki yang mau menjadi kekasihku disaat orang-orang
banyak mencibirku, dikarenakan aku hanya seorang wanita yang berasal dari panti
asuhan. Aku hanya seorang pekerja di salah satu rumah singgah. Dari donatur-donatur
yang berbaik hati aku bisa berpenghasilan dan hidup. Dialah orang yang tidak
pernah memandang cinta dari status sosialnya. Untuk apa aku mencintai wanita
kaya, jika aku sudah kaya. Untuk apa aku mencintai wanita cantik, jika dihadapanku, aku sudah terlalu jatuh hati pada wanita cantik sepertimu. Katamu kepadaku jika
aku sesekali menanyakan kenapa kau bisa begitu mencintaiku. Senyummu masih
terasa, masih sulit aku lupakan.
Mataku sudah
semakin sayu, hanya karena aku tidak pernah bisa tidur tenang selama beberapa
waktu belakangan ini. Itu semua karena aku terlalu mencintai lelaki sepertimu
Aldrian. Sungguh, ingin sekali rasanya kubuang perasaan ini dan kulimpahkan
kepadanya.
#
Rumah sakit jiwa
menjadi saksi aku dan kamu dipertemukan. Rumah sakit jiwa menjadi saksi dimana
aku salah telah mencintaimu. Rumah sakit jiwa menjadi saksi dimana aku menjadi
wanita paling bodoh kenapa bisa jatuh cinta kepadamu.
“Aldrian..” kau mengulurkan tangan
“casandra..” membalas uluran tanganmu
Kau memberiku
senyum yang paling indah Al, begitu panggilan sayangku untukmu. Tapi, kenapa
sekarang kau merubah senyum itu menjadi takut untukku. Kau seakan menjadi
srigala yang siap menerkam orang-orang yang berada dihadapanmu.
kondisimu yang semakin menakutiku jika kau sudah menggigil dan membutuhkan itu. aku tidak kuasa untuk sekedar memelukmu. jika aku sudah memelukmu, kau hanya berontak. kau marah, kau berteriak-teriak sambil terus berucap kau butuh barang itu. dan aku, hanya menjadi saksi betapa aku kalah dengan beberapa pasienku. namun, pasien khususku malah seorang pria yang sangat aku cintai sepertimu.
mataku masih kosong, saat aku duduk di meja jaga. pekerjaanku sebagai perawat dipanti rehabilitasi.mataku menerawang lurus kedepan, masih mencoba mengingat semua hal yang sangat indah untukmu. Aku ingat betul
3 tahun lalu, kau yang baru mengenalku, langsung mau menceritakan semuanya. Menceritakan
semua tentang dirimu. Tidak habis rasanya kejadian itu selalu kuingat.
“mau ngapain
kesini?” tanyamu
“melakukan penelitian”
jawabku singkat
“oh.. “ katamu
sambil memutar-mutarkan kunci mobil
“kamu?”
Panjang lebar
kau menceritakan tentang apa yang sedang kau lakukan sore hari itu. kau menangis,
aneh. Tidak segan kau menangis dihadapan wanita yang baru kau kenal. Padahal,
kau lelaki. Kau harusnya bisa kuat dan lebih kuat dari aku. Tapi, mendengar
ceritamu, wajar kau menangis, sangat wajar.
#
“ampun pa. mama
yang salah, mama yang salah”
Lelaki itu tidak
berhenti memukuli wanita malang itu. dia semakin menjadi-jadi memukulinya. Ntah
karena dipengaruhi alkohol, atau memang sudah tidak ada cinta lagi dari dia
untuk wanita malang itu. disaat sang lelaki sedang memukuli dengan kasar wanita
itu, seorang anak lelaki langsung memukul ayahnya.
“brengsek !! apa
yang sedang kau lakukan kepada ibuku hah !!”
“kau, anak
sepertimu, minggir kau !!”
“tidak akan
kubiarkan kau menyakitinya, pergi !! jangan ganggu kami !! kami bisa hidup
tanpa harta dan uang harammu. Pergi kau dengan wanita brengsek yang sama
brengseknya denganmu!!” bentakannya semakin keras
“cuihh… kau bisa
hidup tanpa uangku. Silahkan coba, jangan berani-berani lagi kau memakai semua
barang-barangku.dan dia, bawa saja dia, dia sudah tidak berguna lagi untukku!”
sambil menendang-nendang wanita itu yang sedari tadi sudah terluka parah karena
pukulan-pukulannya
“anjing… jangan
perlakukan ibuku seperti itu.” anak lelaki itu tanpa sadar mengambil sebuah
guci hias dan di pecahkannya ke kepala lelaki tua itu. masih tidak terima dia
mengambil pecahannya yang paling runcing dan menancapkannya di perut lelaki tua
yang sudah memukuli ibunya itu.
Darah… darah ada
dimana-mana, darah menjadi saksi betapa malam itu sangat suram. pembantu rumah tangga mereka pun hanya bisa terdiam dari kejauhan melihat semua kejadian itu. Seorang anak
lelaki yang baru berusia 15 tahun, bisa membunuh ayahnya sendiri. Malam itu
menjadi malam yang sangat suram, menjadi malam yang sangat kelam untuknya. Meski
pihak polisi sudah menyusuri dan menyelediki kejadian itu, dan menetapkan
aldrian sebagai tersangka, tetapi pembantu Aldrian yang menjadi salah
satu saksi kejadian tersebut mengakui bahwa aldrian dan mamanya adalah korban
dari kekejian ayahnya. Lagipula, usia Aldrian yang masih 15 tahun, tidak
mengharuskannya dipenjara.
#
Sejak kejadian
itu, aldrian dan mamanya pindah ke bogor. Disana dia dan mamanya menghuni rumah
baru. Namun, mamanya mulai bertingkah aneh. Mengurung diri dikamar, selalu
menangis histeris, selalu tertawa-tawa sendiri. Aldrian semakin bingung. Saat dokter
datang ntuk memeriksa mamanya, dokter langsung menyarakankan
agar Aldrian membawanya ke psikiater, untuk memeriksa mental dan psikis
mamanya. setelah Aldrian membawa mamanya ke psikiater, akhirnya sang psikolog tersebut mengharuskan Aldrian membawa mamanya keruamh sakit jiwa.
“ma…. Ini Cassandra.
Dia pacar aku. Dia wanita yang sangat aku cintai, dia wanita yang sangat aku
sayang. Maa.. mama dengar aku kan?” Aldrian senantiasa menggoyang-goyangkan
tubuh mamanya sambil terus memperkenalkanku. sementara mamanya hanya sibuk
menekuk tubuhnya. Menggigit-gigit bajunya. Rambutnya acak-acakkan. Dia tidak
mengenali Aldrian, anaknya. Sungguh, itu merupakan keadaan yang miris untuk
kusaksikan.
Aku melihat dia
menangis. tidak tega rasanya, Aku langsung mengelus-elus pundaknya. Dia menangis di pelukanku,
dia seperti ingin mangadu soal apa yang dia rasakan. Kemudian dengan
terbata-bata dia berkata..
“mama sudah gila
hampir 4 tahun ini. Mama gila karena lelaki bajingan itu.” dia berkata sambil
menekan kata-katanya, ada benci dan dendam yang sangat jelas dari
penjelasannya.
Aku memahami,
lelaki yang sangat aku cintai itu begitu menyayangi mamanya, aku sangat
mengerti, lelaki yang aku cintai itu begitu tertekan, sejak kecil hingga dia
sudah dewasa. apalagi setelah aku mendengar tentang kekejian ayahnya sendiri yang tega selingkuh di hadapan mamanya dan setiap malam memukuli mamanya dengan sesuka hatinya.
#
“Aldrian…” aku
kaget begitu membuka pintu kamarnya
Aldrian sedang
menghisap salah satu cairan yang ada didalam botol, ada gelembung-gelembung
aneh yang ada didalam botol tersebut. ada sebungkus bubuk yang mirip dengan
garam kasar, dan itu benda yang sedang dia hisap itu, benda apa itu. benarkah
yang aku lihat, sabu beserta alat penghisapnya.
Aku langsung
berlari keluar, dia mencoba mengejarku. Dia lelaki jahat yang pernah aku temui.
Dia lelaki jahat karena sudah membuat aku seperti orang gila karena terlalu
mencintainya. Aku mencintai dia tanpa batas dan celah, karena aku tahu dia
begitu mencintaku dengan bukan apa yang aku punya. tetapi, kali ini, aku
seperti dibohongi oleh seorang malaikat berwajah tampan. Dia, lelaki yang sudah
menjelma menjadi abu-abu dalam setiap hitam putih kehidupannya. Dia, lelakiku……….
No comments:
Post a Comment