Pagi itu, mendung
untuk sekian kalinya mengerti bahwa aku tidak ingin beranjak dari tempat tidur
ini. Aku baru menyelesaikan tulisanku hingga pagi menyapa pukul 05.00 pagi
tadi. Dan sekarang, suara kokoan ayam dari jam beker kesayanganku telah menggemakan
suaranya tepat diatas kepalaku. Bising… aku langsung mematikannya dan mulai
mengucek-ngucek mataku.
#
“jadi gitu die.. aku sayang dia. Tapi
dia bahkan gak pernah perduli. Aku bingung. Dia bilang sayang sama aku, tapi
dia gak pernah bilang kita pacaran. Bingung kan?” cerita seorang gadis berusia
20 tahun itu.
Sosoknya yang manja
seakan memancarkan kekhawatiran berlebih terhadap hubungannya dengan seorang
lelaki yang sudah 5 tahun dikenalnya. Ada tangis di pelupuk matanya, saat dia
benar-benar menceritakan tentang kisahnya bersama lelaki itu.
“kamu udah bilang sayang sama
dia? Atau sitilahnya gini deh, kamu udah pernah nanya gak, perasaan dia ke kamu
, atau dia sengaja mungkin ngegantung hubungan kalian supaya kamu lebih
penasaran dan dia bisa tahu perasaan kamu yang sebenarnya. Al,, kamu sama dia
udah sama-sama dewasa. Udah gak cocok lagi untuk ambek-ambekkan kayak gini.”
“ya masalahnya die.. dia selalu
jadiin aku tempat pelampiasan nafsunya aja. Dia gak pernah mikirin atau nanya
perasaan aku gimana dia perlakuin kayak gitu”
Aku mulai bingung,
nafsu.. benarkah. Tetapi, kenapa dia tidak memperlihatkan malunya kepadaku
disaat dia menceritakan hal itu. Aku mengerti perasaan Alya. Sore itu, hujan
menjadi penghantar tangisan yang meleleh lurus tepat di lekukan pipinya. Sementara
dia masih terus memainkan selembar tisu yang sudah tidak beraturan lagi
bentuknya. Aku memainkan sendok kecil dari cangkir coffe yang aku pesan. Setelah,
lama aku berpikir. Aku menggenggam tangan Alya dan tersenyum. Kamu tidak sendiri
Al, ada aku disini yang ngertiin kamu.
#
4 tahun lalu..
“kamu suka gak sama aku? “ Tanya seorang
cowok berkacamata di hadapanku
Suasana kelas sedang
sepi. Jam istirahat dimanfaatkan para siswa untuk sekedar membeli makanan,
nongkrong, dan baca buku. Tapi aku, aku hanya berdiam diri di kelas, sambil
terus menuliskan ceritaku. Tapi, aku menemukan sesosok pria yang tiba-tiba
hadir lalu menyanyakan kepadaku apa aku suka dengannya atau tidak. Aku hanya terdiam.
Sambil mengangkat daguku, dia menatap mataku jauh, “aku ngomong sama kamu, kamu
denger gak sih? Kamu suka gak sama aku?” tanyanya lagi.
“okeh.. kalau kamu diam berarti
kamu suka sama aku. Kita pacaran. Jam 7
malam minggu. Sms aku ke no ini.” Dia mengambil buku harianku dan menuliskan no
handphonenya. Tapi aku masih diam terpaku mendengar semua perkataannya. Ada gelak
tawa, ada keanehan yang terpancar saat aku benar-benar masih melongo di
hadapannya.
#
“selamat ulang tahun sayang, Jakarta
– inggris jauh. Tapi aku gak pernah jauh kok. 24 juli. Semoga kamu semakin
sayang, dan semakin setia sama aku. Love.. Diandra rahmat. Dari pacar kamu yang
selalu sayang sama kamu. “ Bagas
Dia tidak pernah lupa..
#Bersambung..
No comments:
Post a Comment