Ada banyak cara
untuk aku mengagumimu lebih dari sekedar sahabat, saat aku mulai tahu,
perhatian-perhatian yang selama ini aku berikan itu bukan sekedar perhatian
yang diberikan sahabat, melainkan perasaan seseorang yang sudah menganggapmu
lebih dari sahabat. Aku marah saat tahu ada seseorang yang berusaha
menyakitimu, aku sedih jika kau menangis memelukku bukan karena aku, ya aku
menangis bukan karena apa-apa, tapi aku sedih karena tahu kau menangis untuk
orang yang seharusnya tidak perlu kau tangisi. Sudah bertahan seberapa lama pun
aku tetap menunggu kau menjawab rasa penasaranku untuk mau dibawa kemana
hubungan kita. Malam semakin menunjukkan gelapnya yang pekat, saat aku berusaha
untuk menelponmu. Tidak di angkat, aku khawatir. Itu pasti. Aku perempuan, dan
aku lebih peka. Aku lebih sakit menahan perasaan ini. Aku tidak mengerti
bagaimana caranya aku melupakanmu, bahkan setelah aku berpacaran dengan orang
lain pun aku sama sekali tidak pernah mencintai orang tersebut, aku jahat.
Ntahlah. Tapi itu yang benar-benar aku rasakan.
“mikha.. kamu
dimana? Aku kangen, butuh kamu”
Pesan terkirim.
Lama aku menunggu balasanmu, bahkan kau tidak membalas pesanku, aku tetap
merasa bersalah soal malam itu, aku bingung. Apa yang harus aku lakukan,
sementara aku benar-benar tidak suka mikha melakukan hal itu. Waktu itu memang
sudah menunjukkan pukul 01.45 wib. Tapi aku belum bisa tidur dikarenakan aku
memikirkan mikha.
#
“kotak musik ini
disimpan ya?” mikha memberikan kotak musik itu di waktu ulang tahunku yang ke 9
tahun, aku senang sekali. Dia sangat tahu aku begitu menyukai sesuatu yang
berbau dengan musik, aku memang tidak bisa bermain alat musik seperti dia, tapi
dia selalu menjadi orang yang paling berusaha untuk mengajariku bermain alat
musik. Walaupun hanya sekedar pianika.
Dari kecil aku
dan mikha memang sudah bermain bersama, tertawa bersama, mikha marah sekali
jika tahu kalau aku menangis dan ada yang mengganggu. Dia akan sangat khawatir
jika aku sakit. Tiap pagi, dia selalu menjemputku dengan sepedanya, dia bersedia
memboncengku di belakang.
Pernah suatu
ketika, hujan turun dengan derasnya. Di jalan, mikha sibuk dan khawatir aku
sakit. Akhirnya kita berhenti di salah satu pohon besar. Mikha memberikan
jaketnya yang sebenarnya juga sudah hampir basah semua ke tubuhku, mikha
memegang tanganku, dia bilang jika tanganku di usap-usap seperti itu, dinginnya
tidak akan terlalu terasa, mikha berkilah dia di ajarkan oleh mamanya. Lucu,
itu lucu. Seorang bocah umur 9 tahun. Mentary seakan enggan untuk muncul dan
digantikan oleh awan hitam yang dipayungi hujan, dia sekan memberi restu pada
kami untuk menikmati aroma hujan yang turun diantara beberapa pohon cemara.
“nanti kalo udah
besar, kita bakalan ketemu lagi disini. Eh, kamu harus satu sekolahan terus
sama aku” mendengar kata-kata mikha aku terdiam. Ya jelas sekali, aku tidak
akan bisa bersekolah terus bersama-sama dengannya, dikarenakan selesai sekoah
dasar, aku harus bersekolah di jerman. Aku hanya tersenyum, tanpa mengiyakan
perkataannya.
#
“kamu kenapa
harus bohong, kenapa harus pegi diem-diem gitu. Kenapa harus nitipin kotak
musik itu lagi ke aku. Kenapa kamu gak mau bawa kotak musik itu, kenapa kamu
selalu mengambi keputusan sendiri tanpa biang dulu sama aku. Dan sekarang, kamu
mau tunagnan, kenapa gak bilang, kamu itu kayak hantu tahu gak, kamu pergi
dengan diam, kamu datang dengan diam, kamu pergi lagi sekarang dengan diam.”
“pergi kemana?”
tanyaku
“pergi ke hati
orang lain, sementara kamu gak tahu kalau selama ini aku bener-bener setia
nunggu kamu. Ntahah, aku bingung. Sepertinya perasaan ini yang udah lama aku
pendem Cuma aku aja yang ngerasa, kamu gak tahu. Dan gak akan pernah tahu. Kamu
lemah, untuk semua kepekaan ini. Kamu menjadi mawar merah yang indah tetapi
sebenarnya kamu nyakitin dengan segala duri yang ada disekelilingmu”
Plakk… sebuah
tamparan keras mendarat di pipi mikha. Dengan sigap tanganku seakan tahu jika
semua perkataan mikha itu terlalu sakit untuk didengar. Mendung menjadi teman
terbaik sore hari itu. Aku masih dengan kekakuanku. Melibatkan sekelumit janji
yang pernah terurai. Airmata membuncah hadir dengan sangat derasnya di lekukan
pipiku. Mikha hanya diam, memegangi pipinya yang memerah. Ada mendung yang juga
sangat terasa di wajahnya, lembayung yang menjadi saksi juga marah dengan
stuasi itu. Senja yang memancar juga marah dan tidak ingin memperihatkan
warnanya.
Aku marah dengan
mikha, tidakkah dia tahu seberapa besar aku menahan rasa ini selama hampir 11
tahun kami berpisah, tidakkah dia tahu aku menunggu ucapannya kali ini. Aku
menunggu dia mengutarakan dan mengucapkan perasaannya terhadapku. Kenapa disaat
Aga saudah dengan hatinya yang tulus muncul dihadapanku dia baru mengutarakan
perasaannya dan seakan menjadi maaikat yang selama ini menungguku.
#
Mikha menangis
di depan rumahku, dia membawa gitar kecil yang tidak lain adalah ukulele
kesayanganya dan sebuah pianika kecil. Aku keluar, aku merasa aneh melihat
tingkah mikha pagi itu.
“main ini bareng
aku ya, kita nyanyi lagi. “
“kamu kenapa?
Nangis kenapa? Nyanyi.. somewhere over the rainbow lagi”
“iya, terus kita
nyanyi lagu sheila, sahabat sejati”
“hapal?”
Mikha tersenyum,
aku menyuruhnya duduk di depan beranda rumahku. Aku mulai memainkan pianika
mengeluarkan nada-nada lagu somewhere over the rainbow, mikha menangis. Ntah
apa yang membuatnya menangis. Aku masih bingung, tapi aku terus memainkan lagu
itu, setelah itu mikha juga memainkan ukulelenya menyanyikan lagu sahabat
sejati.
#
“makasih buat
selama ini udah jadi temen terbaikku. Ini kotak musiknya aku titipin ke kamu.
Kamu jaga ya, suatu saat kita ketemu, kamu harus tetap simpan ini dan bakalan
aku minta lagi. Gonne miss you mikh.. .. –Fatin “
Mulai sejak aku
menuliskan surat itu, aku dan mikha tidak pernah berkomunikasi lagi. Sampai 4
bulan lalu aku kembali, ke rumah itu. Rumah dimana pernah aku tempati. Untuk
beberapa minggu aku tinggal disitu, aku belum berani menemui mikha. Hanya
mengintipnya dari balik jendela. Setiap mikha pulang kuliah, setiap mikha
keluar dengan membawa gitarnya.
Hal itu terus
aku lakukan, sampai suatu ketika, aku sedang asyik mengintipnya dari balik
jendela dan tiba-tiba, ada sosok mikha tepat di hadapanku, tepat di depan kaca
itu. Dia tersenyum. Aku menangis dan langsung keluar memeluknya. Dia membelai
mesra rambutku, sesekali dia menarik nafas panjang, mengatur suaranya yang
mulai tersendat dikarekan menahan tangis. Saat aku melepas pelukannya betapa
kagetnya aku, dia membawa kotak musik yang selama ini aku minta dia untuk
menjaganya.
Mikha…..
#
Aga seorang pria
yang dengan segala ketulusannya selalu membuat hari-hariku bahagia selama kami
berkuliah di jerman. Dia menjadi satu-satunya pria yang sama sekali mengerti
keadaanku. Tapi untuk kali ini, aku marah karena dia sudah ketahuan
berselingkuh dengan wanita lain. Mikha mengetahui hal itu dan mulai menjadi
seorang superhero di depanku.
“brengsek, kau
apakan fatin. Ini untuk semua yang sudah kau lakukan dengannya. Untuk sebuah
pengkhianatan” satu buah tinju melayang keras ke wajah aga. Aku yang melihat
kejadian itu hanya menangis, aku jelas membela mikha. Dia sahabatku. Tapi aku
marah dengannya dikarenakan dia selalu menjadi orang yang sok benar dan sok
paling tahu dengan keadaanku.
Sesampainya
dirumah emosi itu tidak tertahankan lagi, kotak musik itu aku banting di
hadapannya. Dan mikha langsung terdiam, dia menangis dan keluar dari rumahku.
“mikha..” aku
menjerit memanggil namanya. Tetapi, mikha tidak menggubris semua teriakanku. Mikha
pergi dengan segala amarahnya. Dan aku hanya bisa menangis sambi terus mengutip
bagian dari kotak musik kesayangan kami menjadi satu. Kotak musik itu hancur.
Dan mikha, hati mikha juga pasti hancur melihatnya.
#
“tadi malam aku
udah tidur, aku mau ketemuan sama kamu”
Mikha membalas
pesanku. Sesuai kemauannya aku dan mikha bertemu. Dia membawakan sebuah kotak
musik baru, dia memberikannya lagi kepadaku. Kali ini ada seuah surat
didalamnya, dan beberapa not lagu. Hasil ciptaannya.
“kamu tahu aku
marah, kamu tau selama ini aku udah berusah untuk jaga perasaannku, aku tahu
selama ini aku sama sekali tidak berarti apa-apa di hati kamu. Tapi itu tidak
berlaku dihatiku. Kamu tetap menjadi fatin resya yang selalu ada di hati aku.
Will you marry me?”
Aku memeluknya,
aku menangis sekuat-kuatnya, ternyata perasaan kagum yang berubah menjadi
butir-butir cinta yang manis itu memang tidak sia-sia dan dia memberikan
hatinya juga untukku. Terima kasih oleh waktu yang tetap menjaga alurnya untuk
tetap indah. Awal yang dimulai dari ketidak tahuan oleh mega, menjadi warna
dalam gelap. Akan ada satu lukisan indah yang kami beri nama ketulusan dan akan
ada satu kata yang tidak akan pernah terpisah oleh apapun bernama kesetiaan.
#
No comments:
Post a Comment