Mencintaimu lewat senyum yang aku sendiri tidak tahu apa
maksud dan artinya. Hanya mencintaimu dalam setiap doa yang mengalir di saat 5
waktuku. Jarak seakan menjadi rindu yang akan membuncah tatkala pertemuan itu
terjadi.
#
“die, dia nembak aku!” cerita alya
“lah, terus, bagus donk. Bukannya itu yang kamu mau?”
“iya sih, tapi aku udah punya pacar die. Biarpun kita
backstreet dan LDR gitu”
“hah.. “
Kebingungan-kebingungan itu mulai menjalar dipikiranku, ada
apa dengan alya? Siapa yang dimaksud dengan alya? Aku bingung. Dia sahabatku ,
dia tidak pernah menceritakan hal itu. Lalu, siapa yang dia maksud.
Sore itu, alya memang terlihat bahagia. Dia sesekali
memainkan handphonenya hanya untuk sekedar member kabar lelaki yang dia akui
sebagai pacarnya. Tetapi, jika aku menanyakan siapa pria yang dia maksud, alya
selalu mengelak. Ntahlah.. aku selalu bersyukur alya bisa bahagia sekarang.
#
“sayang, aku pergi dulu ya.. kamu jangan nakal-nakal disini.
3 tahun.. gak lama kan?”
“gak kok, semoga sih.. haha “ kataku manja dengan terus
berada di dalam pelukannya. Aku tidak ingin melepaskan pelukan itu, aku nyaman
dengan semua bau tubuhnya, aku nyaman terus berada diantara dada burung yang
sedikit menonjol itu. Apalagi jika dia mulai mengelus-ngelus kepalaku.
Suatu hari nanti, kami akan sama-sama mengerti jika jarak
tidak akan pernah menjadi penghalang. Bahwa jarak tidak akan menjadi seraut
sendu yang tiba-tiba menghinggapi.
“
Menjadi seorang mahasiswa psikolog yang hobby menulis
sepertiku sebenarnya membuat aku selalu berpikir bahwa, dunia kepenulisan dan
psikologi itu sangat dekat. Kadang adakalanya aku terlalu jahat. Ya, aku
mennginginkan semua orang punya masalah, lantas cerita ke aku lalu aku buat
sebuah tulisan mengenai mereka. Setidaknya itu adalah hal yang selalu di
kerjakan seorang psikolog dan penulis.
Dan menjadi seorang penulis itu juga butuh teman. Sahabat
saat aku merasa aku benar-benar lelah. Namun, alya. Dia bukan sosok yang tepat
untuk dijadikan sahabat dikarenakan dia memiliki sifat cuek. Seorang psikolog
juga terkadang sok kuat. Merasa tegar di hadapan banyak orang, tetapi
sebenarnya aku sendiri merasa benar-benar butuh orang lain.
Tapi terkadang aku juga berpikir, apagunanya semua yang aku
pelajari selama di perkuliahan . bukannya itu untuk dipelajari dan ditanamkan
di dalam kehidupan nyata. Menjalani kehidupan nyata berbeda dengan semua rumus
bahkan semua teori di dalam sebuah diktat atau buku-buku yang aku baca dan di
pelajari. Semua pengalaman dari orang yang aku teliti atau bahkan dengan
sukarela bercerita denganku adalah satu point plus untuk aku agar aku bisa
menjalani hidup. Maka dari itu, aku suka dunia perkuliahanku dan dunia
menulisku.
Bagas, menjadi sosok pria yang selalu ada untukku. Dia
menjadi sosok yang paling mengerti aku. Tidak untuk merasakan bagaimana
mengkhianati ataupun di khianati. Tapi aku tidak sebaik peri didalam dongeng
Cinderella yang bisa menyihir labu menjadi kereta kuda. Aku hanya bisa menjadi
sosok malaikat yang selalu mengingatkan untuk sama sekali tidak bergelut
didalam keegoisan diri. Biarpun rasa lelah dan bosan sedang rajin menghinggapi.
“sayang… kamu lelah kan. Lelah dengan hubungan ini. Aku tahu
kok?”
Perkataan bagas malam itu menjadi suatu tamparan besar
untukku. Kenapa dia bisa tahu. Kenapa dia bisa benar-benar merasakan apa yang
sedang aku rasakan. Secinta itukah dia denganku. Atau memang kami berjodoh.
“mungkin aku gak bisa jadi lelaki yang terbaik buat kamu.
Tapi aku yakin aku jauh sudah lebih baik dari lelaki yang ada di hidup kamu
sebelumnya. Mungkin cincin ini bisa menjadi penjabaran di antara soal-soal
matematika hingga menemukan hasilnya. Dan hasilnya ada di kamu?”
Dia melamarku. Tidak, itu hanya sebuah cincin yang dia
berikan karena dia tidak mau kehilanganku. Aku belum siap menjalani hidup
sebagai seorang istri karena aku masih benar-benar menikmati duniaku. Aku belum
siap untuk menjadi penyaji tawa dan nafsu untuknya ketika malam tiba dan dia
lelah. Aku belum siap untuk merasakan tangis jika suatu saat masalah itu
datang. Aku belum siap untuk merasakan semua yang dirasakan seorang istri dan
ibu.
Aku hanya diam. Sesekali membenarkan kacamataku. Tapi
tatapan itu seperti menggoreskan keyakinan di antara bulir airmata yang berpadu
di bola mata hitamnya. Dengan perlahan aku menghantarkan tangan kiriku, ku
jatuhkan perlahan satu persatu jariku. Hingga tersisa jari manis dan jari
kelingking. Aku tersenyum dan mulai menjatuhkan jari kelingkingku dengan tangan
kananku. Tersisa satu jari manis, dan itu hasilnya. Dia tersenyum sambil
memakaikan cincin itu.
#
“selamat pagi buat kamu yang masih belum bisa melupakan masa
lalu, selamat pagi dengan kamu yang wallpaper nya sudah berubah menjadi foto
berdua dengan selingkuhan” tulisku di akun twitterku.
Kejadian 2 tahun masih merambat bebas di pikiranku.
Seharusnya, hal ini bisa ku antisipasi terlebih dahulu. Sebelum akhirnya aku
tahu bahwa hal ini terjadi dan membuat aku kecewa.
#
“di.. ini pacar aku. “ kata Alya
Aku membalikkan badan ke arah alya dan betapa kagetnya aku,
ada sosok lelaki yang selama 2 tahun ini aku tunggu kedatangannya. Aku tunggu
kata-kata manisnya sebagai penawar rindu. Sudah tidak berujung rasa sakit ini
sepertinya. Tidakkah bisa seorang mahasiswi psikolog merasa sakit dan ingin
menangis.
“oh, hay.. aku diandra. Panggil aja die”
Ada muka penuh rasa bersalah dihdapanku. Dia sama sekali
hanya diam dibalik tangan seorang wanita yang menggandeng mesra tangannya. Ada
senyum pahit di bibirnya sambil menjulurkan tangan ke arahku.
Aku melihat ada bahagia dimata alya. Terakhir aku melihat
keadaan seperti ini saat alya memerkenalkan aku dengan lelaki yang sebenarnya
tidak pernah mengakui keberadaannya.
#
Aku berjalan gontai keluar dari café. Ada sosok yang baru
saja aku temui di café tadi. Dengan wajah memelas penuh rasa bersalah, dengan wajah
setengah menangis. Ada gemuruh di hatiku melihat seorang pria yang aku sayang
mengeluarkan airmatanya. Tidakkah sama aku seperti alya. Aku dan alya sama-sama
menjalin hubungan jarak jauh selama dia berada di Inggris.
“aku bisa jelasin semuanya die.”
“gak ada yang bisa kamu jelasin lagi ga. Semuanya sudah
selesai. Aku, kamu kenangan kita. Semuanya sudah selesai. Tinta yang aku punya
udah habis untuk menulis nama kamu lagi.”
“tapi kamu masih bisa pake laptop untuk melanjutkan namaku
masih terlihat jelas di tulisan kamu kan? Ayolah die, aku dan alya Cuma
hubungan biasa. Bercanda. Ini pertama kalinya kita ketemu.
Pikiranku melayang jauh saat alya menceritakan dan
mengutarakan keinginannya untuk menjenguk pacarnya yang sedang sakit di
inggris. Dan sosok itu adalah Arga..
#Bersambung…
No comments:
Post a Comment