Total Pageviews

Monday, December 23, 2013

Tulisan Diandra ...

"ADa jatuh ketika kita sudah berjalan dengan hati-hati... termasuk hubungan yang kita kira selama ini baik, dan jatuh akan menjadikan kita tahu bahwa tidak selamanya CINTA bertuliskan CINTA..."

Mencintaimu lewat senyum yang aku sendiri tidak tahu apa maksud dan artinya. Hanya mencintaimu dalam setiap doa yang mengalir di saat 5 waktuku. Jarak seakan menjadi rindu yang akan membuncah tatkala pertemuan itu terjadi.
#
“die, dia nembak aku!” cerita alya
“lah, terus, bagus donk. Bukannya itu yang kamu mau?”
“iya sih, tapi aku udah punya pacar die. Biarpun kita backstreet dan LDR gitu”
“hah.. “
Kebingungan-kebingungan itu mulai menjalar dipikiranku, ada apa dengan alya? Siapa yang dimaksud dengan alya? Aku bingung. Dia sahabatku , dia tidak pernah menceritakan hal itu. Lalu, siapa yang dia maksud.
Sore itu, alya memang terlihat bahagia. Dia sesekali memainkan handphonenya hanya untuk sekedar member kabar lelaki yang dia akui sebagai pacarnya. Tetapi, jika aku menanyakan siapa pria yang dia maksud, alya selalu mengelak. Ntahlah.. aku selalu bersyukur alya bisa bahagia sekarang.
#
“sayang, aku pergi dulu ya.. kamu jangan nakal-nakal disini. 3 tahun.. gak lama kan?”
“gak kok, semoga sih.. haha “ kataku manja dengan terus berada di dalam pelukannya. Aku tidak ingin melepaskan pelukan itu, aku nyaman dengan semua bau tubuhnya, aku nyaman terus berada diantara dada burung yang sedikit menonjol itu. Apalagi jika dia mulai mengelus-ngelus  kepalaku.
Suatu hari nanti, kami akan sama-sama mengerti jika jarak tidak akan pernah menjadi penghalang. Bahwa jarak tidak akan menjadi seraut sendu yang tiba-tiba menghinggapi.
Menjadi seorang mahasiswa psikolog yang hobby menulis sepertiku sebenarnya membuat aku selalu berpikir bahwa, dunia kepenulisan dan psikologi itu sangat dekat. Kadang adakalanya aku terlalu jahat. Ya, aku mennginginkan semua orang punya masalah, lantas cerita ke aku lalu aku buat sebuah tulisan mengenai mereka. Setidaknya itu adalah hal yang selalu di kerjakan seorang psikolog dan penulis.
Dan menjadi seorang penulis itu juga butuh teman. Sahabat saat aku merasa aku benar-benar lelah. Namun, alya. Dia bukan sosok yang tepat untuk dijadikan sahabat dikarenakan dia memiliki sifat cuek. Seorang psikolog juga terkadang sok kuat. Merasa tegar di hadapan banyak orang, tetapi sebenarnya aku sendiri merasa benar-benar butuh orang lain.
Tapi terkadang aku juga berpikir, apagunanya semua yang aku pelajari selama di perkuliahan . bukannya itu untuk dipelajari dan ditanamkan di dalam kehidupan nyata. Menjalani kehidupan nyata berbeda dengan semua rumus bahkan semua teori di dalam sebuah diktat atau buku-buku yang aku baca dan di pelajari. Semua pengalaman dari orang yang aku teliti atau bahkan dengan sukarela bercerita denganku adalah satu point plus untuk aku agar aku bisa menjalani hidup. Maka dari itu, aku suka dunia perkuliahanku dan dunia menulisku.
Bagas, menjadi sosok pria yang selalu ada untukku. Dia menjadi sosok yang paling mengerti aku. Tidak untuk merasakan bagaimana mengkhianati ataupun di khianati. Tapi aku tidak sebaik peri didalam dongeng Cinderella yang bisa menyihir labu menjadi kereta kuda. Aku hanya bisa menjadi sosok malaikat yang selalu mengingatkan untuk sama sekali tidak bergelut didalam keegoisan diri. Biarpun rasa lelah dan bosan sedang rajin menghinggapi.
“sayang… kamu lelah kan. Lelah dengan hubungan ini. Aku tahu kok?”
Perkataan bagas malam itu menjadi suatu tamparan besar untukku. Kenapa dia bisa tahu. Kenapa dia bisa benar-benar merasakan apa yang sedang aku rasakan. Secinta itukah dia denganku. Atau memang kami berjodoh.
“mungkin aku gak bisa jadi lelaki yang terbaik buat kamu. Tapi aku yakin aku jauh sudah lebih baik dari lelaki yang ada di hidup kamu sebelumnya. Mungkin cincin ini bisa menjadi penjabaran di antara soal-soal matematika hingga menemukan hasilnya. Dan hasilnya ada di kamu?”
Dia melamarku. Tidak, itu hanya sebuah cincin yang dia berikan karena dia tidak mau kehilanganku. Aku belum siap menjalani hidup sebagai seorang istri karena aku masih benar-benar menikmati duniaku. Aku belum siap untuk menjadi penyaji tawa dan nafsu untuknya ketika malam tiba dan dia lelah. Aku belum siap untuk merasakan tangis jika suatu saat masalah itu datang. Aku belum siap untuk merasakan semua yang dirasakan seorang istri dan ibu.
Aku hanya diam. Sesekali membenarkan kacamataku. Tapi tatapan itu seperti menggoreskan keyakinan di antara bulir airmata yang berpadu di bola mata hitamnya. Dengan perlahan aku menghantarkan tangan kiriku, ku jatuhkan perlahan satu persatu jariku. Hingga tersisa jari manis dan jari kelingking. Aku tersenyum dan mulai menjatuhkan jari kelingkingku dengan tangan kananku. Tersisa satu jari manis, dan itu hasilnya. Dia tersenyum sambil memakaikan cincin itu.
#
“selamat pagi buat kamu yang masih belum bisa melupakan masa lalu, selamat pagi dengan kamu yang wallpaper nya sudah berubah menjadi foto berdua dengan selingkuhan” tulisku di akun twitterku.
Kejadian 2 tahun masih merambat bebas di pikiranku. Seharusnya, hal ini bisa ku antisipasi terlebih dahulu. Sebelum akhirnya aku tahu bahwa hal ini terjadi dan membuat aku kecewa.
#
“di.. ini pacar aku. “ kata Alya
Aku membalikkan badan ke arah alya dan betapa kagetnya aku, ada sosok lelaki yang selama 2 tahun ini aku tunggu kedatangannya. Aku tunggu kata-kata manisnya sebagai penawar rindu. Sudah tidak berujung rasa sakit ini sepertinya. Tidakkah bisa seorang mahasiswi psikolog merasa sakit dan ingin menangis.
“oh, hay.. aku diandra. Panggil aja die”
Ada muka penuh rasa bersalah dihdapanku. Dia sama sekali hanya diam dibalik tangan seorang wanita yang menggandeng mesra tangannya. Ada senyum pahit di bibirnya sambil menjulurkan tangan ke arahku.
Aku melihat ada bahagia dimata alya. Terakhir aku melihat keadaan seperti ini saat alya memerkenalkan aku dengan lelaki yang sebenarnya tidak pernah mengakui keberadaannya.
#
Aku berjalan gontai keluar dari café. Ada sosok yang baru saja aku temui di café tadi. Dengan wajah memelas penuh rasa bersalah, dengan wajah setengah menangis. Ada gemuruh di hatiku melihat seorang pria yang aku sayang mengeluarkan airmatanya. Tidakkah sama aku seperti alya. Aku dan alya sama-sama menjalin hubungan jarak jauh selama dia berada di Inggris.
“aku bisa jelasin semuanya die.”
“gak ada yang bisa kamu jelasin lagi ga. Semuanya sudah selesai. Aku, kamu kenangan kita. Semuanya sudah selesai. Tinta yang aku punya udah habis untuk menulis nama kamu lagi.”
“tapi kamu masih bisa pake laptop untuk melanjutkan namaku masih terlihat jelas di tulisan kamu kan? Ayolah die, aku dan alya Cuma hubungan biasa. Bercanda. Ini pertama kalinya kita ketemu.
Pikiranku melayang jauh saat alya menceritakan dan mengutarakan keinginannya untuk menjenguk pacarnya yang sedang sakit di inggris. Dan sosok itu adalah Arga..


#Bersambung…

No comments:

Post a Comment