Malam
itu seperti biasanya, aku baru saja pulang dari tempat ku bekerja. Waktu sudah
menunjukkan pukul 22.25 wib. Aku melirik jam tangan kesayanganku. Dengan
berjalan kaki, aku menyusuri setiap sudut kota. Lampu hias jalanan kota yang
berada diatas kepalaku seakan sedang bersiap-siap untuk menyerangku dengan
cahayanya yang jatuh, juga lampu-lampu kota yang berada di pinggir jalan seakan
memberikan tanda bawa sudah waktunya dia dibersihkan, dikarenakan cahaya
temaramnya tidak secerah dulu. Saat aku sedang menikmati suasana kota malam
itu, ada air yang jatuh tepat di wajahku.
“sial..hujan
!!” kataku setengah berlari. Aku berlari menuju salah satu stasiun kereta bawah tanah yang biasanya
selalu menghubungkan tempat kerjaku dengan rumahku. Saat kereta terakhir tiba, aku bergegas untuk masuk dan begitu aku
sudah berada didalamnya, aku sedikit merapikan pakaianku yang berantakan
terkena air hujan. Aku menapaki setiap kursi demi kursi yang berada di gerbong
7 kereta tersebut. Kemudian aku duduk di kursi paling belakang. Bukan karena
memang tinggal kursi itu yang tersisa melainkan karena ada wanita cantik
berwajah teduh sedang duduk disana. Wanita itu cantik, terlihat sederhana,
menggunakan dress berwarna orange lembut, bermotif polkadot lalu mengenakan bando
berwarna putih di atas kepalanya,. Wanita itu menatap ke arah jendela, sambil
mendengarkan lagu.
“permisi,
boleh aku duduk disini” pintaku
Dia
hanya diam, sambil sedikit menggeser tempat duduknya. Aku menaikkan alis
kananku sebelah. Bingung. Tidak ada senyum disana. Melainkan wajah yang
berekspresikan biasa saja yang ditunjukkannya. Gaya dan cara berpakaiannya
persis seperti wanita-wanita jepang. Mata itu, juga seperti menunjukkan bahwa
dia memiliki garis keturunan dari jepang.
Aku
memperhatikannya tanpa dia tahu. Aku sedikit menahan tawa saat aku mendapati
wanita itu menggunakan sepatu cats. Padahal gaya dan busananya sangat feminim.
Namun, sepertinya dia megetahui apa yang aku lakukan lewat pantulan bayangan
dari jendela kaca yang dipandanginya.
Wanita
itu melepas salah satu headsetnya dan memasangkannya ketelingaku. Aku kaget.
Kenapa dia memasangkan headset itu. Dia memalingkan wajahnya lagi kearah
jendela, tidak tahu apa yang dia nikmati dari hanya sekedar tembok-tembok
pembatas itu.
Saat
aku menikmati lagunya, betapa kagetnya aku. Dia mendengarkan lagu jepang.
Persis seperti yang aku bayangkan. Aku menatap kearahnya lekat-lekat. Tiba-tiba
dia memalingkan wajahnya ke arahku
“aku
naomy.. “ dia memperkenalkan diri.
#
Mulai
sejak kejadian malam itu, aku mulai dekat dengannya. Walau tidak ada sapa,
tidak ada pembicaraan khusus, tidak ada Tanya jawab. Dia selalu berada di
kereta api bawah tanah itu, tepat disaat aku pulang kerja. Dan tetap sama, dia
selalu duduk tepat di kursi paling belakang, dan turun tepat di stasiun
selanjutnya.
Kebiasaan-kebiasaan
unik, seperti dia yang selalu memasangkan salah satu headsetnya ke telingaku,
disaat aku sudah berada disampingnya, dan kebiasannya menatap ke arah jendela.
Namun kali ini, sungguh tidak biasa, dia menyenderkan kepalanya ke bahuku.
Sambil memejamkan matanya.
“tetap
seperti ini, aku mohon. Aku lelah”
Perkataan
itu seakan membuat aku terkejut. Aku mulai memberanikan diri memegang
tangannya. Seakan aku tahu bahwa malam itu dia sedang sangat bersedih. Walau aku tidak pernah tahu apa yang
membuatnya lelah, tidak pernah tahu darimana asalnya, tidak pernah tahu dia
tinggal dimana, tidak pernah tahu kenapa setiap malam dia selalu naik kereta
ini.
“aku
Arga.. “
Dia
menaikkan kepalanya. Dia menatapku lekat, kemudian dalam sekejap dia mencium
bibirku. Aku hanya bisa terdiam. Aku bingung, kenapa dia tiba-tiba menciumku.
Pada saat itu, tidak seperti biasanya kami melewati stasiun dimana tempat biasa
kami berhenti. Penumpang yang ada di dalamnya pun sudah tersisa beberapa orang
dan mereka duduk di depan. Naomy menikmati setiap lumatan-lumatan bibir
kenyalku. Dia mengambil tanganku, dan meletakkan tanganku ke pinggulnya. Aku
yang tadinya hanya bisa terdiam menikmati, kini mulai benar-benar menikmati,
setiap permainannya.
Hampir
10 menit, hingga akhirnya dia melepaskan ciumannya dan mulai memelukku. Dia
menangis. Aku bingung, ntah kenapa ada perasaan berbeda. aku jatuh cinta. Ya,
sepertinya. Tapi, aku tidak pernah tahu kenapa perasaan ini bisa tiba-tiba
muncul.
#
“Naomy,
ada kecelakaan pekerja di tempat ayahmu bekerja”
Naomy
mulai memandang serius seorang pria yang datang menemuinya dan member kabar
itu. Naomy bergegas berlari ke tempat ayahnya bekerja. Dan benar saja, tanah
yang sedang di geruk untuk membuat kereta api bawah tanah itu amblas dan
longsor. Naomy mulai mengerang, dia memanggil-manggil ayahnya. Sementara mobil
polisi terdengar bising dengan suara sirinenya. Macet dimana-mana. Penjagaan
sangat ketat. Mobil ambulans terdengar sudah siap untuk membawa para korban.
“ayahku,
dimana ayahku. Aku mau lihat ayahku”
Usia
15 tahun. Ya, naom saat itu sudah berusia 15 tahun. Dia menatap lekat wajah
polisi yang sedang memeluknya. Dia kenal betul bahwa itu adalah salah satu adik
ayahnya yang tidak lain adalah om naomy.
“ayah
om, tolong selamatkan ayah. Naomy Cuma punya ayah di dunia ini. Ibu sudah
meninggal. Tolong selamatin ayah om. Naomy gak mau kehilangan ayah”
Tubuh
naomy mulai melemah. Tangisannya yang tadi pecah sudah mulai tidak terdengar.
Naomy terjatuh dan pingsan. Segera dia dibawa ke salah satu rumah sakit
terdekat. Hampir 2 jam dia pingsan sampai akhirnya dia terbangun dan langsung
memanggil ayahnya. Om naomy pun langsung memegangi tubuhnya agar naomy tidak
berontak.
“naomy,
om sayang sama naomy. Tolong apapun yang naomy dengar, naomy harus kuat. Naomy
masih punya om. Ingat.”
“apa
maksudnya om. Mana ayah?” naomy menangis histeris
“ayah
terjepit disalah satu pipa, dan tadi jasadnya sudah ditemukan. Tapi ayah sudah
tidak bernyawa lagi”
“apa…
mana ayah om. Tolong selamatin ayah. Naomy gak mau kehilangan ayah”
“maafin
om, tapi ayah sudah tidak ada naomy. Tapi, naomy masih punya om. Ingat”
Naomy
langsung berlari ke kamar mayat. Tempat dimana puluhan Korban amblasnya tanah
untuk pembangunan kereta bawah tanah itu berada. Dia menemukan ayahnya sudah
tidak bernyawa. Sangat kotor. Dia saja hampir tidak mengenali bahwa tubuh kaku
yang ada dihadapannya adalah ayahnya.
“ayah,,,,”
#
“jadi,
ayah meninggal karena kecelakaan itu. Andai ayah tahu bahwa aku tidak pernah
suka dia bekerja disana” naomy menggenggam erat tanganku dan menyenderkan
bahunya di bahuku.
“itu
sudah takdirnya bukan. Sekarang, lihat. Tanpa ayah naomy, naomy bisa tumbuh
besar. Jadi wanita cantik seperti ini?”
“apa
kamu sedang merayuku. Atau sekedar menghiburku?”
“haha..
tidak. Tidak sama sekali. Aku hanya meyakinkan bahwa kamu bukan hantu kereta
api yang sering dibicarakan itu.”
“hah..
jadi selama ini kamu piker aku hantu dan tidak nyata” naomy bangkit dan
menatapku lekat. Dia sedikit memajukan wajahnya dan hanya tersisa 5cm dari
wajahku.
“bukan..
maksudnya..”
“sudah
hentikan, memang sebenarnya alas an kenapa aku setiap malam selalu menaiki
kereta api ini. Selalu berharap bahwa ayah akan muncul. Bahwa ayah aka nada
disampingku saat aku duduk sendiri di kursi ini. Karena, ayah biasanya pulang
dari sini itu jam 10 malam gini”
Bulu
kudukku mulai berdiri. Ntah kenapa, aku merasa memang ada seseorang yang sedang
memperhatikan aku dan naomy. Awalnya, aku selalu berpikir bahwa naomy adalah
hantu. Itu benar. Ketika naomy bercerita seperti itu, justru membuat aku seakan
ingin tahu bahwa apakah benar dia nyata.
“rumah
kamu dimana? Aku antar ya?” pintaku
“hmm…
serius. Kamu mau nganter aku. Wahhh.. senang sekali. Baru kali ini ada seorang
pria yang mau mengantarkan aku”
#
“naomy
… lepaskan. Sudah berapa kali saya bilang. Jangan buat kekacauan di sekolah
ini”
“kekacauan,
ibu menyalahkan saya sementara ibu tahu bahwa yang salah itu dia”
“memangnya
apa yang dia lakukan , hah !!”
Naomy
sedang bertengakar dengan teman sekelasnya, dikarenakan temannya tersebut
senang sekali mengejek dirinya yang tidak memiliki keluarga lagi. Ibunya yang
mati bunuh diri karena takut terhadap ayahnya, yang akan tahu bahwa ibunya
sedang hamil dengan pria lain. ayahnya yang mati karena kecelakaan pekerja.
Semua itu membuat naomy brontak denan teman-temannya. Tapi, soal hal itu tidak
pernah ada yang mengerti naomy. Termasuk gurunya sendiri.
“lupakan
bu, permisi” naomy pergi meninggalkan ruangan kelas yang tadinya ricuh karena
perkelahian naomy dengan teman sekelasnya yang mengejeknya itu.
Sudah
hampir 2 kali naomy pindah sekolah hanya karena kesalahan yang sama. Tapi untuk
kali ini, dia harus benar-benar menahan rasa sakit. 2 bulan lagi dia akan
mengikuti ujian nasional dan keluar dari sekolah itu.
“bertahanlah
naomy, kau pasti isa melewatinya. Tidak aka nada bahagia di awal. Bahagia aka
nada di akhir setelah cerita selesai” naomy dalam hati sambil menangis terisak
di bawah pohon tempat biasa dia berada disana saat jam isitirahat.
#
“silahkan..
sebentar. Aku akan memasak seuatu untukmu”
“mau
aku bantu.”
“serius..
dengan senang hati pangeran..” naomy menekuk kaki kirinya dan membuka
tangannya.
Naomy
memasak seuatu untukku. Sementara aku hanya melakukan intruksi darinya. Saat
dia sedang menggoreng kentang. Hasratku untuk memluknya setelah mendengar
cerita darinya pun tidak bisa ku bending lagi. Aku memeluknya dari belakang,
sementara dia diam.
“aku
sayang kamu” kataku membisikkan di telinganya
Naomy
membalikkan badannya. Matanya berkaca-kaca. Ada mendung disana. Tidak tahu hal
apa yang membuatnya menangis. Dia memelukku. Erat sekali. Dia seakan tahu bahwa
aku akan meninggalkannya.
“jangan
pergi.. jangan jauh dari aku”
“aku
tidak akan meninggalkanmu. Percaya sama aku ya”
#
Hampir
30 menit kami memasak bersama. Hingga akhirnya makanan pun selesai. Sayur asam,
dan samabl kentang. Naomy menyuapiku. Aku menikmati setiap suapannya dan juga
rasa dari msakan yang dia masak. Aku benar-benar mencintainya Tuhan. Jangan
biarkan ini mimpi. Atau jangan biarkan semua pemikiranku bahwa dia tidak nyata
itu benar.
#
Setiap
pagi, ada seorang gadis yang setia menungguiku tepat diseberang jalan tokoku.
Wanita itu tidak pernah ketinggalan dengan headshetnya. Ada satu hal lagi, dia
selalu membawakan aku bekal. Ya, mulai sejak malam itu. Aku dan naomy
memutuskan untuk bersama. Aku akan menjaga naomy. Ya, gadis yang aku cintai.
Gadis yang selama ini sangat kaku. Hanya diam ketika duduk di kereta api. Dia
melambaikan tangannya dari jauh. Dan mulai berjalan mendekat denganku.
“selamat
pagi.. hari ini pulang jam berapa pangeran?”
“dasar..
hari ini pulang sore. Memangnya kenapa putrid?” sambil mengecak-ngacak
rambutnya
“baiklah,
sangat tepat. Aku ingin mengajak kamu ke sesuatu tempat.” Sambil bermain mata
denganku
“okeh,
jam 3 datang temui aku lagi disini. Nanti kita akan sama-sama pergi. Kebetulan
aku hari ini bawa motor.”
“jadi
kamu punya motor. Kenapa selama ini naik kereta?”
“ya,
karena motor aku lagi rusak dan lagi di operasi di bengkel”
Naomy
tertawa. Dia memberikan bekal yang dia pegang sedari tadi. Lalu pergi
meninggalkan aku. Sambil menitipkan senyum dan lambaian tangannya. Gadis
secantik dia, berwajah teduh. Selalu tersakiti. Kenapa harus menerima alur
kehidupan yang pahit seperti ini. Tidak ada yang sempurnya dari setiap alur
cerita di hidup.
#
Naomy
menggunakan gaun putih. Dia terlihat cantik sore hari itu. Tidak lagi
menggunakan headshet seperti biasanya. Ada bunga mawar putih yang dia pegang.
“selamat
sore ayah, naomy datang. Maaf sudah lama tidak mengunjungi ayah. Ayah, naomy
datang dengan seorang pria yang naomy sayang. Umur 19 tahun sudah bisa menikah
kan. Naomy boleh menikah dengannya tidak”
Naomy
begitu bersemangat memperkenalkan diriku. Aku hanya berdiri di sisi kanannya.
Saat naomy meletakkan bunga. Aku begitu kaget. Melihat ada sesosok pria paruh
baya di hadapanku. Menggunakan kemeja putih, celana putih, dan berkaca mata.
Matanya sedikit sipit seperti naomy. Dia tersenyum. Mungkinkah itu ayah naomy.
Kenapa dia menampakkan wajahnya dihadapanku. Padahal yang ingin sekali bertemu
dengannya adalah naomy. Aku membalas senyumnya. Dan sejurus kemudian dia
menghilang. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Seakan ingin menyadarkan diriku
sendiri bahwa yang aku lihat adalah ayahnya naomy. Naomy memperhatikanku dengan
seksama.
“hey..
ada apa sih. Kok kamu sepertinya….”
“sudahlah,
lupakan. Sudah selesai?”
“sudah..
kita bisa pulang?”
Naomy
mengangguk. Aku langsung memegang tangannya. “aku akan membahagiakan naomy om.”
Kataku dalam hati. Aku ingin memperkenalkannya dengan ibu dan ayahku. Mereka
pasti senang bertemu dengan naomy.
#
“arga
sering cerita tentang kamu. Salam kenal ya naomy. Semoga hubungan kalian bisa
sampai ke jenjang pernikahan. Ibu sudah tidak sabar ingin memiliki cucu”
“hmm..
makasih tante.” Naomy memeluk ibuku. Dia menangis. Aku tahu, dia pasti sangat
merindukan sosok ibu dihidupnya.
Aku
membawanya ke taman belakang rumahku. Ada satu kolam renang disana. Kelaurga
termasuk keluarga orang berada, tapi aku tidak pernah mau membanggakan apa yang
ayahku punya. Naomy kaget saat pertama aku membawanya kerumahku. Namun,begitu
aku menjelaskan. Dia memelukku kuat-kuat.
“aku
sayang kamu arga”
“aku
udah tahu”
“hah..
jangan tinggalin aku. Mengerti”
Aku
mencium keningnya. Mencium kedua matanya. Aku mencium kedua pipinya. Naomy
hanya terpejam. Dan hasrat untuk mulai mencium bibirnya pun tidak bisa ku
elakkan. Naomy.. gadis aneh yang aku temui di kereta. Akan jadi milikku
selamanya. Denganku.
#
No comments:
Post a Comment