Malam itu menjadi saksi betapa aku bisu. Betapa aku tidak
bisa berkata-kata lagi. Dia sibuk dengan semua pengakuannya, sementara aku
sibuk menyeka setiap airmata yang mengalis di sela-sela kepalaku yang
tertunduk. Aku tidak tahu kenapa aku bisa begitu ceroboh menikmati setiap
permainannya. Ntahlah, mungkin semua sudah terlambat sekarang. Dia menjadi
satu-satunya orang yang aku cintai. Malam seakan semakin syahdu, sementara aku
dan dia hanya bisa beradu detik jam yang setiap kali memperdengarkan suara detiknya
yang berpindah.
“maafkan aku airin” kata pria itu tersedu
Kenapa dia menangis, kenapa bukan aku yang menangis. Kenapa
justru dia yang menunjukkan kelemahannya. Tidak, itu airmata buaya bukan. Kau
tidak akan mungkin menangis, sementara ini semua salahmu. Kau yang memulai
hubungan ini dengan kebohongan.
#
“kenapa kau bisa jatuh cinta dengan andi, airin?” Tanya
perempuan itu
“aku tidak tahu mbak, dia teman kerjaku. Aku juga baru
mengenal dia semenjak begabung di perusahaan advertising yang sama” kataku
“tidakkah kau tahu aku dan dia pernah memiliki hubungan yang
sangat special?”
“tidak mbak. Sama sekali aku tidak pernah tahu. Bahkan aku
sama sekali tidak pernah menanyakan masa lalunya, padahal kami sudah berpacaran
hampir 2 tahun ini mbak”
“kenapa kau tidak pernah menanyakannya?”
“aku rasa, aku tidak punya hak untuk menanyakan apa yang
sudah menjadi masa lalunya. Tidak etis rasanya jika aku terlalu ingin tahu
mengenai itu. jika dia memang benar-benar menganggapku ada, pasti dia akan
menceritakannya sendiri tanpa perlu aku tanya.”
“lalu… sudahkah dia menceritakan masa lalunya. Kalau belum,
berarti kau belum di anggap ada olehnya, bukan?”
Tangisanku semakin menjadi-jadi. Aku semakin tak terkendali.
Hatiku rasanya sudah tidak bisa diatur untuk mencoba berpikir positif.
Perempuan ini merupakan salah satu rekan kerjaku. Dan dia… aahh.. masih belum
bisa aku mengingat semua perkataannya. Kenapa harus seorang Andi yang sangat
aku cintai.
Bukankah cinta harus bermula dari kejujuran, atau bermula
dari kita yang sama-sama tahu tentang kita. Mustahil jika selama ini seorang
Andi, pacarku bisa membohongiku. Tidak, dia tidak pernah membohongiku, dia
hanya belum menceritakannya. Sampai akhirnya, mbak ambar menceritakan hal itu.
mungkin Andi takut. Mungkin dia tidak kuasa. Atau mungkin dia tidak tahu jika
mbak ambar adalah salah satu sepupu tertuaku. Dia kaya, dia memiliki beberapa
perusahaan. Jangan-jangan mbak ambar hanya mencoba memperdaya pikiranku. Hingga
aku bisa putus dari andi.
Semua pikiran-pikiran aneh bergelayut bebas di pikiranku.
Aku mencoba untuk menepis semua pikiran negative. Tapi rasanya, itu saja tidak
cukup. Disaat aku sedang bergulat dengan tangis dan isakan suaraku di depan
mbak ambar, andi berusaha menelponku berkali-kali.
“angkatlah, siapa tahu itu penting.” Mbak ambar tersenyum
Apa maksudnya. Kenapa dia bisa tersenyum semanis itu
dihadapan wanita yang terlihat bodoh ini Tuhan. Kenapa dia tidak bisa sedikit
saja merasakan rasanya jadi aku. Dia jahat atau memang dia tipe wanita yang
seperti itu. dan, kenapa dia menyuruhku mengangkat telpon andi, tidakkah dia
takut, ketika aku mengangkatnya aku menyuruh andi untuk datang ditempat dimana
kami bertemu.
Aku langsung mengirimi pesan ke andi. Aku menyuruhnya untuk
menungguku dirumah, malam nanti. Aku harus bicara dengannya. Aku harus tahu,
apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa semua ini harus terjadi, disaat pesta
pertunangan akan segera dilaksanakan. Tuhan adil bukan. Disaat satu kelopak
bunga mawar berguguran disaat itulah putiknya mulai jatuh perlahan, seperti itulah
yang sedang aku rasakan.
#
Langit sore itu sedang memunculkan senja yang sedang aku
tunggu-tunggu. Warna orangenya seakan bisa mendamaikan hatiku yang masih kaku.
Walaupun tersenyum getir, tapi aku mencoba untuk tersenyum menyapa senja.
Padahal, nanti malam adalah dimana aku dan andi harus benar-benar mengalami
keputusan sulit. Aku berharap senja tidak akan pernah kembali ke peraduannya,
namun, malam lebih menginginkannya.
Andi datang dengan sepeda motornya. Dia masih rapi, mungkin
dia baru pulang kerja. Ya, dia memang bekerja ditempat yang sama denganku, tapi
beda posisi denganku. Hari ini andi mendapat lembur.
“kenapa sayang..? ada yang mau diomongin ya? kenapa tadi
waktu istirahat makan siang kamu tidak ada dikantor?”
“aku makan siang diluar, sama temen. Ini tehnya. Maafin aku
ya ngerepotin kamu. “
“santai aja, kenapa. Mau bahas soal pertunangan kita ya?”
Seluruh tubuhku seakan kaku, tidak bisa lagi untuk menatap
wajahnya. Lelaki ini, kenapa dia seperti malaikat, sedang sebenarnya dia iblis.
Kenapa harus dia yang aku cintai. Aku bingung Tuhan. Apa yang harus aku
lakukan. Pikiranku melayang-layang. Tangisan tidak bisa terbendung lagi.
Perempuan itu kenapa dia hadir disaat aku dan andi sedang menikmat secuil
kebahagiaan yang akan kami bangun.
Perempuan macam apa dia yang tega melukai hati saudaranya
hingga hancur berkeping-keping seperti ini. Apa yang dia mau dariku. Atau apa
yang dia irikan dariku.
“siapa ambar? Kamu kenal dengan ambar, ndi? Diapa dia?
Bisakah kau menceritakannya?”
Andi terdiam. Dia sedikit melonggarkan dasinya yang begitu
ketat. Sedikit menelan ludah. Sedikit salah tingkah ketika aku menyebutkan nama
ambar. Dia mengambil the yang sudah aku buat. Wajahnya pucat. Lelakiku keringat
dingin. Lelakiku sedang berduka, benarkah. Atau dia benar-benar tidak paham
dengan pertanyaanku.
#
Rekan kerjaku ntah kenapa tiba-tiba mengajakku makan siang
diluar. Membahas masalah pekerjaan. Baru wanita ini, yang membahas masalah
pekerjaan, hingga mengajakku keluar kantor.
“maaf aku mengajak kamu makan ini tiba-tiba airin.”
“tidak apa-apa mbak, tumben.”
“ku dengar kau akan menikah ya, dan sekarang sedang
menyiapkan pertunangan dengan pacarmu? Kenapa tidak pernah mengenalkannya
kepada mbak?”
“aku.. haha.. sebenarnya bukan tidak mau. Aku ingin
memperkenalkan dia disaat hari pertunaganku mbak.”
“siapa lelaki yang beruntung itu airin?”
“namanya andi, dia teman kerjaku mbak. Anaknya baik.”
“kamu mencintainya?”
Aku mulai mengernyitkan keningku. Ku tatap wanita itu penuh
dengan rasa curiga. Kenapa dia mempertanyakan hati seorang wanita yang sudah
menyiapkan pertunangan, sudah barang tentu wanita itu mencintai lelakinya.
“airin. Aku kenal andi. Dia adalah salah satu pegawai ku
dikantor, 4 tahun yang lalu. Dan kau perlu tahu airin, kau terlalu baik dan
terlalu cantik untuk pria brengsek seperti dia” mbak ambar menjelaskan dengan
terbata-bata
Kenapa wanita ini menghina lelakiku. Kenapa dia bisa seperti
begitu menganal lelakiku. Kenapa? Aku masih diam. aku ingin tahu lebih banyak
lagi, aku ingin berkomentar, tapi lidahku seakan keluh. Jantungku mulai tidak
dapat diajak berkompromi. Detaknya semakin tidak beraturan.
“andi dan aku pernah menjalani hubungan yang special. Bahkan
kami sudah pernah tidur airin. Dan aku, aku pernah mengandung anaknya. Anak itu
ada di salah satu panti asuhan. Aku menitipkannya disana karena aku tidak tahu
apa yang harus aku lakukan. Kau ingat, 3 tahun yang lalu, aku memutuskan untuk
pindah keluar negeri, itu dikarenakan aku sedang mengandung anakku. Itu hasil
perbuatan andi. Dan kau tahu, dia jahat. Setelah dia tahu aku hamil, dia pergi
meninggalkanku. Dia hanya mau hartaku airin. Aku tahu, kau wanita yang cantik
dan juga baik, maka dari itu aku ingin kau mendapatkan seorang lelaki yang baik
pula.”
Wanita 35 tahun itu berceloteh panjang lebar mengenai
lelakiku. Mengenai andi yang menjadi seorang pangeran dihatiku. Tidakkah ini
kenyataan yang begitu pahit yang harus aku terima. Kenapa dia bisa begitu
jahat. Dan kenapa andi tidak pernah menceritakan ini kepadaku.
Aku hanya diam. aku tahu, diam tidak bisa menyelesaikan
masalah apa-apa. Kenapa dia bisa begitu terlalu menyakiti dan menohok hatiku
dengan begitu juga mudahnya. Tangisanku pun akhirnya pecah. Siang itu, seakan
nasipun sudah tidak bisa aku telan. Makanan yang aku pesan terbuang sia-sia.
#
Andi menjelaskan panjang lebar, dia tidak berbohong. Sama
sekali tidak. Dia menceritakan dengan sangat detail. Sama seperti yang
diceritakan wanita itu. tidak ada kebohongan. Kenapa dia bisa begitu terbuka
kepadaku. Andai saja aku menanyakan hal ini dari dulu, mungkin tidak akan
sesakit ini.
“maafkan aku airin” andi tertunduk
“lalu, kau mau aku melakukan apa ndi?” tanyaku pelan
Andi seakan mendapat tamparan keras dari pernyataanku. Dia
menolehkan wajahnya, dia mengambil tanganku, dipegangnya erat.
“lakukanlah apa yang harus kau lakukan. Lakukanlah apa yang hatimu kehendaki. Aku
tahu kau lebihdewasa dari pemikiranku airin. Kau wanita yang selalu bisa
membuat aku menjadi satu-satunya pria paling beruntung dalam hidupku.”
Aku terdiam, aku memeluk erat tubuhnya. Aku menangis di
pelukannya. Dan dia, menangis di bahuku. Dia seakan benar-benar menyesal tidak
pernah menceritakan masalah ini. Dia seakan-akan benar-benar membutuhkan
bahuku.
#
Hari itu menjadi hari dimana aku dan andi memutuskan untuk
tetap melaksanakan pertunanganku. Aku yakin, masa lalunya hanya menjadi sebuah
polemic pengalaman yang mengajarkan kedewasaannya. Karena selama ini, dia
lelakiku tidak pernah membuat aku kecewa. Bahkan secuil dan setetes tangis.
Lelakiku menjadi penyebab bahagia dan tangis yang timbul. Dan wanita itu, dia
hanya sebagai penguji dan menjadi pembelajaran untukku. Karena cinta yang aku
maknai sangat sederhana. Cinta tidak pernah memandang siapa dia dahulu, tapi
siapa dia yang mau melangkahkan kakinya ke depan bersamaku.
bersambung...