“Selamat ulang tahun mikha” teriak wanita mungil tersebut
saat menatap mikha. Senyumnya merekah tatkala dia mikha mengelus kepalanya.
Seperti kebiasaan mikha sebelum-sebelumnya.
Langit seakan mengerti sore hari itu ada dua rang anak
manusia sedang meramu bahagia. Awan pun menggeserkan posisinya untuk menutupi
sebagian matahari agar sinarnya tidak terlalu pekat. Rentetan pohon cemara
hadir dibagian sisi taman tersebut. Mikha keluar dari mobilnya dan mengambil
kue yang dibawa oleh wanita tersebut.
“tiup donk lilinya” perintah wanita tersebut.
Mikha memejamkan matanya. Dia memperlihatkan seutas simpul
senyum yang mulai merekah. Bau tubuh mikha semerbak tercium karena hembusan
angin.
“wwuuushhhh…. Udah”
Seketika lilin-lilin tersebut mati. Mikha mengambil tangan
wanita yang sudah memberikan surprise di hari bahagianya. Wanita tersebut
menarik tangan mikha untuk mengikutinya ke dalam sebuah taman lengkap dengan
air mancur di tengah taman tersebut. Ada banyak bunga tulip berjejer di antara
pagar pembatas pintu masuk taman tersebut. Ada banyak balon warna warni.
Sesampainya disana, mikha terlihat sangat terkejut. Ada 3 orang lelaki yang
berdiri sambil membawa gitar. Mikha tidak mengenali siapa ketiga pria tersebut.
“selamat ulang tahun mikha.. “ teriak mereka. Lalu, sejurus
kemudian mereka menyanyikan lagu good time. Wanita yang memberikan kejutan
tersebut kemudian berjalan meninggalkan mikha yang masih terdiam. Dia menuruni
beberapa anak tangga, hingga sekarang berdiri sejajar dengan ketiga pria
tersebut dan mulai ikut bernyanyi. Mikha tertawa kecil, tapi tawanya berubah
saat dia melihat dengan jelas wanitanya tersebut menangis.
“jangan.. kamu gak boleh nangis” kata mikha tanpa suara dan
menggeleng-gelengkan kepalanya.
#
“jika aku bisa memilih untuk tetap berdiri di hadapanmu
sekarang, apa itu bisa menjamin bahwa aku akan bahagia bersamamu mikh?” Tanya
fatin.
Mikha terdiam.
“atau aku meninggalkan kamu, aku pergi bersama orang lain
tapi aku sendiri gak menikmati setiap moment keberadaan aku dengan dia. Dan aku
gak akan pernah nunjukin aku bahagia sama kamu”
Mikha masih terdiam. Perlahan fatin menoleh dan sekarang
mata dia dan juga mikha sudah beradu. Fatin mulai menunjukkan ada berlian yang
siap jatuh dari kelopak matanya.
“kasih tahu aku mikh, apa yang harus aku lakukan sekarang?
Atau kasih tahu aku, kamu mau aku gimana?”
“pergi…”
Fatin terkejut. Dia melihat dengan seksama bagaimana wajah
mikha menunjukkan bahwa dia begitu serius menyuruh fatin untuk pergi.
“hilang dari pandangan aku. Dan berbahagia”
“okeh”
Fatin keluar dari ruangan rapat yang ada di salah satu label
rekaman tempatnya dan mikha bernanung. Saat dia keluar dari pintu, fatin
dikejutkan dengan keberadaan reuben disana. Reuben menaikkan sebelah bahunya
dan memainkan rahangnya seperti kebiasaannya. Tidak ada wajah senang disana. Melainkan
wajah aneh menatap fatin.
“aku tidak akan pernah menunjukkan aku bahagia mikh. Tidak akan
pernah. Aku tidak mau membohongi perasaanku !” kata fatin dalam hati.
Mikha terlihat masih tertunduk. Reuben menepuk pundaknya,
sepertinya reuben mengerti bagaimana perasaan mikha sore hari itu.
“loncat sebelum ada orang yang mendorongmu. Itu lebih baik”
kata reuben dan duduk tepat disebelah mikha memainkan sipdol di atas ruangan
rapat tersebut.
“jangan tidur malam-malam, jangan sampe sakit, bawel banget
sih kamu. Iya, nanti banguni. Tin.. tin.. !” tiba-tiba semua kenangan itu
kembali terkotak-kotak di dalam pikiran mikha.
Mikha keluar menuju ke toilet untuk membersihkan wajahnya. Wajah
mikha terlihat kusut tak beraturan. Dia mengambil saputangan dari balik saku
celanannya.
“mungkin memang lebih baik di akhiri”
#
Fatin menaiki anak tangga rumahnya dengan cepat. Dia ingin
menyaksikan penampilan seseorang yang sudah sangat dia rindukan, mikha. Menyaksikan
penampilan sahabat sekaligus orang penting dalam hidupnya semasa di karantina,
ntah itu dalam status apapun. Yang jelas, sempat terucap bahwa mereka saling
menyayangi. Sesampainya dia langsung menyalakan tv, mengambil posisi yang enak.
Dia tidak ingin melwatkan sedikitpun penampilan mikha. Saat dia tengan serius
menyaksikan, iphone nya berdering.
“kelvin”
Tertera dengan jelas siapa yang menghubungi fatin di iphone
nya tersebut. Fatin tidak memperdulikan panggilan tersebut. Hingga akhirnya
acara yang menampilkan mikha sebagai bintang tamu selesai. Fatin mengambil
handphonenya dan mulai menelpon balik Kelvin.
“tadi nelpon ya?”
“iya kamu dimana?”
“lagi di bawah tadi, handphone nya dikamar. Maaf ya. Kenapa?”
“gpp, gimana kuliahnya?”
“lancar-lancar aja sih, aman lah. Kamu?”
“sama sih. Jakarta aman gak aku tinggal?”
“sejauh ini aman, banjir doank paling. Haha.. basa basi
banget sih. Kenapa?”
“hmm.. kita udahan aja ya tin?”
Duarar….. seperti ada gemuruh yang meledak tepat diatas
kepala fatin. dia tidak menyangka Kelvin akan berani mengatakan hal itu. Fatin menutup
mulutnya tidak percaya.
“kenapa?”
“ya mungkin, kita mengawali semuanya itu udah salah. Jadi semakin
kesini, semakin emang berasa kalo kita itu udah salah”
“maksud kamu”
“mungkin kita gak cocok sebagai pacar tin, tapi kita cocok
sebagai teman. Teman.. ya teman..”
“ya sih, aku sih terserah sama keputusan kamu aja. Makasih untuk
waktu yang udah berkenan kamu bagi aku. Maaf kalo misalanya aku sering buat
kesel kamu atau buat kamu ngerasa diacuhkan. Kamu tahulah aku orangnya emang
gini, cuek. Ya gitu”
“tau kok tau. Jaga diri disana ya. Yang semangat kuliahnya”
“thank you”
Tutututututtttttttttttt……. Telpon mati. Fatin memperhatikan
dengan serius layar handphonenya. Dia memeriksa kembali bahwa memang benar yang
tadi dia telpon adalah Kelvin. Teman dekatnya yang dia akuin di hadapan media
sebagai pacarnya. Fatin lalu berdiri dan mengambil kotak music dari seseorang
yang pernah hadir di kehidupannya.
“hati emang tahu dimana dia harus kembali, tapi kalo itu
semua udah tertutup dan tak bisa di buka lagi……….”
#
Mikha dan fatin terlihat duduk di bangku taman. Dan ada kue
ditengah-tengah mereka. Fatin pun tengah sibuk menyingkirkan lilin yang ada
diatas kue dan mulai memotong kue tersebut untuk mikha.
“kok bisa buat kayak gini sih?”
“bisa lah, fatin.. apa sih yang gak bisa”
“haha.. hmmmm“ mikha mengulum bibirnya kedalam
“mereka siapa?”
“maunya siapa?”
“bisa gak daritadi aku nanya itu dikasih jawaban, bukan
malah kayak nanya balik”
“haha… sengaja kan mau bikin kamu kesel. Ya gpp lah ya,
seharian ini doank”
“yayaya…”
“eh potong dong bung kuenya, dari artis nih. Jauh belinya,
di jonggol”
“dididih…. Kebanyakan nton sinetron”
“lah itu kamu tahu, kalo jargonnya dari sinetron. Berarti kamu
juga sering nton sinetron”
“gak pernah sih, eh pernah sekali nton yg di rcti itu, yang
soundtracknya penyanyi seribu milyar. Hahaha”
“sumpah demi apa, kamu nonton. Aku aja yang lagunya di pake
soundtrack gak pernah nonton”
“gak kebetulan kemarin, itu juga awalnya aja. Udah sih malah
bahas sinetron”
“tadi ke sini kok bisa izin gimana ceritanya”
“ya mau keluar gitu lah bilangnya. Aku sekarang tidur udah
berdua doank loh satu kamar”
“hm. Sama siapa? Reuben” fatin berbicara sambil terus
melahap kue yang ingin dia kasih ke mikha. Mikha yang melihat tingkah fatin
langsung mengambil tangan fatin untuk dia lahap kue tersebut.
“yang ulang tahun kamu atau aku sih”
“hahaha.. sory… sorry.. habis enak. Laper juga soalnya”
“jawab…”
“apaan?”
“mereka itu siapa?”
“oh.. temen kampus. Selain mereka bertiga ada lagi tau temen
aku yang lain, tuh lihat tuh”
“ngumpet.. hahaha” mikha mengarahkan pandangannya kea rah yang
ditunjuk fatin. mikha merasa masih baru melihat mereka, mungkin karena mereka
adalah teman-teman baru fatin.
“iyaa, sok sok mau jadi paparazy katanya. Woi… candid sebar
twitter awas aja loe semua.. !!” teriak fatin
“1 foto gocap deh tin. Janji gak sebar. Hahaha”
“gocap dikit banget,,, seratus ribu donk. Kan artis” ledek
mikha
Fatin yang mendengar ledekan mikha pun akhirnya mulai
mencubit bahu mikha. Sudah lama sekali sepertinya hal itu tidak dia lakukan,
semenjak mereka sama-sama sibuk dan semenjak kejadian itu. Fatin dan mikha
menikmati setiap tawa yang mereka ramu sendiri. Hati seakan menjadi jamuan
rindu yang sudah berkepanjangan meronta. Fatin juga seakan menjadi halaman demi
halaman untuk setiap tulisan-tulisan yang akan mikha buat dengan penanya.
“btw, aku udah putus”
“hah.. serius..”
“hm…” fatin mengangguk pelan
“jawabnya lemes gitu, berarti sedih putus sama dia”
“biasa aja sih. Kan yang minta dimulai bukan aku”
“kita sudahi………”
“maksudnya?”
“semuanya.. udah selesai. Kamu gak perlu kemana-mana lagi”
Fatin tersenyum, dia sangat tahu maksud mikha apa. Fatin mengambil
kue dan mulai menyuapinya ke mikha.
“selamat ulang tahun my castle, my brown, semoga semua yang
kamu mau, yang kamu inginkan tercapai. Se..mua....nyaaa…”
“thankyou.. cony !”
“gak bakat romantic banget sih lau !!”
“scorpio boy romantic dengan caranya sendiri. Jadi nyantai
aja bung !”
“dididih… hahaha”
Fatin yang gemas pun akhirnya memumukul-mukul tubuh mikha
dengan lembut.
Hati akan selalu menuntun untuk merebut bahagia itu kembali.
Singgasananya tidak pernah tertukar. Dia tahu siapa yang harus duduk disana. Terima
kasih cinta, terima kasih sudah mengembalikan senyumku yang hilang. Terima kasih
sudah setia menjaga hatinya hanya untuk milik mereka masing-masing. Selalu ingat
“senja yang muncul setelah hujan akan jauh lebih indah, bukan?”
“dan walau waktu berjalan, ku kan terus bertahan, pelukku,
yang akan selalu menghangatkanmu. Dan tak ka nada yang bisa, melepasmu dariku,
pelukku yang akan selalu menjagamu… oh.. oh….” Mikha menyanyikan lagunya
bersama bandnya yang akan rilis di bulan ini.
Sementara fatin dengan senyum memperhatikan mikha.
![]() |
pict by: kak ney |