Total Pageviews

Friday, December 19, 2014

Always in Your Dream 2



“Selamat ulang tahun mikha” teriak wanita mungil tersebut saat menatap mikha. Senyumnya merekah tatkala dia mikha mengelus kepalanya. Seperti kebiasaan mikha sebelum-sebelumnya.
Langit seakan mengerti sore hari itu ada dua rang anak manusia sedang meramu bahagia. Awan pun menggeserkan posisinya untuk menutupi sebagian matahari agar sinarnya tidak terlalu pekat. Rentetan pohon cemara hadir dibagian sisi taman tersebut. Mikha keluar dari mobilnya dan mengambil kue yang dibawa oleh wanita tersebut.
“tiup donk lilinya” perintah wanita tersebut.
Mikha memejamkan matanya. Dia memperlihatkan seutas simpul senyum yang mulai merekah. Bau tubuh mikha semerbak tercium karena hembusan angin.
“wwuuushhhh…. Udah”
Seketika lilin-lilin tersebut mati. Mikha mengambil tangan wanita yang sudah memberikan surprise di hari bahagianya. Wanita tersebut menarik tangan mikha untuk mengikutinya ke dalam sebuah taman lengkap dengan air mancur di tengah taman tersebut. Ada banyak bunga tulip berjejer di antara pagar pembatas pintu masuk taman tersebut. Ada banyak balon warna warni. Sesampainya disana, mikha terlihat sangat terkejut. Ada 3 orang lelaki yang berdiri sambil membawa gitar. Mikha tidak mengenali siapa ketiga pria tersebut.
“selamat ulang tahun mikha.. “ teriak mereka. Lalu, sejurus kemudian mereka menyanyikan lagu good time. Wanita yang memberikan kejutan tersebut kemudian berjalan meninggalkan mikha yang masih terdiam. Dia menuruni beberapa anak tangga, hingga sekarang berdiri sejajar dengan ketiga pria tersebut dan mulai ikut bernyanyi. Mikha tertawa kecil, tapi tawanya berubah saat dia melihat dengan jelas wanitanya tersebut menangis.
“jangan.. kamu gak boleh nangis” kata mikha tanpa suara dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
#
“jika aku bisa memilih untuk tetap berdiri di hadapanmu sekarang, apa itu bisa menjamin bahwa aku akan bahagia bersamamu mikh?” Tanya fatin.
Mikha terdiam.
“atau aku meninggalkan kamu, aku pergi bersama orang lain tapi aku sendiri gak menikmati setiap moment keberadaan aku dengan dia. Dan aku gak akan pernah nunjukin aku bahagia sama kamu”
Mikha masih terdiam. Perlahan fatin menoleh dan sekarang mata dia dan juga mikha sudah beradu. Fatin mulai menunjukkan ada berlian yang siap jatuh dari kelopak matanya.
“kasih tahu aku mikh, apa yang harus aku lakukan sekarang? Atau kasih tahu aku, kamu mau aku gimana?”
“pergi…”
Fatin terkejut. Dia melihat dengan seksama bagaimana wajah mikha menunjukkan bahwa dia begitu serius menyuruh fatin untuk pergi.
“hilang dari pandangan aku. Dan berbahagia”
“okeh”
Fatin keluar dari ruangan rapat yang ada di salah satu label rekaman tempatnya dan mikha bernanung. Saat dia keluar dari pintu, fatin dikejutkan dengan keberadaan reuben disana. Reuben menaikkan sebelah bahunya dan memainkan rahangnya seperti kebiasaannya. Tidak ada wajah senang disana. Melainkan wajah aneh menatap fatin.
“aku tidak akan pernah menunjukkan aku bahagia mikh. Tidak akan pernah. Aku tidak mau membohongi perasaanku !” kata fatin dalam hati.
Mikha terlihat masih tertunduk. Reuben menepuk pundaknya, sepertinya reuben mengerti bagaimana perasaan mikha sore hari itu.
“loncat sebelum ada orang yang mendorongmu. Itu lebih baik” kata reuben dan duduk tepat disebelah mikha memainkan sipdol di atas ruangan rapat tersebut.
“jangan tidur malam-malam, jangan sampe sakit, bawel banget sih kamu. Iya, nanti banguni. Tin.. tin.. !” tiba-tiba semua kenangan itu kembali terkotak-kotak di dalam pikiran mikha.
Mikha keluar menuju ke toilet untuk membersihkan wajahnya. Wajah mikha terlihat kusut tak beraturan. Dia mengambil saputangan dari balik saku celanannya.
“mungkin memang lebih baik di akhiri”
#
Fatin menaiki anak tangga rumahnya dengan cepat. Dia ingin menyaksikan penampilan seseorang yang sudah sangat dia rindukan, mikha. Menyaksikan penampilan sahabat sekaligus orang penting dalam hidupnya semasa di karantina, ntah itu dalam status apapun. Yang jelas, sempat terucap bahwa mereka saling menyayangi. Sesampainya dia langsung menyalakan tv, mengambil posisi yang enak. Dia tidak ingin melwatkan sedikitpun penampilan mikha. Saat dia tengan serius menyaksikan, iphone nya berdering.
“kelvin”
Tertera dengan jelas siapa yang menghubungi fatin di iphone nya tersebut. Fatin tidak memperdulikan panggilan tersebut. Hingga akhirnya acara yang menampilkan mikha sebagai bintang tamu selesai. Fatin mengambil handphonenya dan mulai menelpon balik Kelvin.
“tadi nelpon ya?”
“iya kamu dimana?”
“lagi di bawah tadi, handphone nya dikamar. Maaf ya. Kenapa?”
“gpp, gimana kuliahnya?”
“lancar-lancar aja sih, aman lah. Kamu?”
“sama sih. Jakarta aman gak aku tinggal?”
“sejauh ini aman, banjir doank paling. Haha.. basa basi banget sih. Kenapa?”
“hmm.. kita udahan aja ya tin?”
Duarar….. seperti ada gemuruh yang meledak tepat diatas kepala fatin. dia tidak menyangka Kelvin akan berani mengatakan hal itu. Fatin menutup mulutnya tidak percaya.
“kenapa?”
“ya mungkin, kita mengawali semuanya itu udah salah. Jadi semakin kesini, semakin emang berasa kalo kita itu udah salah”
“maksud kamu”
“mungkin kita gak cocok sebagai pacar tin, tapi kita cocok sebagai teman. Teman.. ya teman..”
“ya sih, aku sih terserah sama keputusan kamu aja. Makasih untuk waktu yang udah berkenan kamu bagi aku. Maaf kalo misalanya aku sering buat kesel kamu atau buat kamu ngerasa diacuhkan. Kamu tahulah aku orangnya emang gini, cuek. Ya gitu”
“tau kok tau. Jaga diri disana ya. Yang semangat kuliahnya”
“thank you”
Tutututututtttttttttttt……. Telpon mati. Fatin memperhatikan dengan serius layar handphonenya. Dia memeriksa kembali bahwa memang benar yang tadi dia telpon adalah Kelvin. Teman dekatnya yang dia akuin di hadapan media sebagai pacarnya. Fatin lalu berdiri dan mengambil kotak music dari seseorang yang pernah hadir di kehidupannya.
“hati emang tahu dimana dia harus kembali, tapi kalo itu semua udah tertutup dan tak bisa di buka lagi……….”
#
Mikha dan fatin terlihat duduk di bangku taman. Dan ada kue ditengah-tengah mereka. Fatin pun tengah sibuk menyingkirkan lilin yang ada diatas kue dan mulai memotong kue tersebut untuk mikha.
“kok bisa buat kayak gini sih?”
“bisa lah, fatin.. apa sih yang gak bisa”
“haha.. hmmmm“ mikha mengulum bibirnya kedalam
“mereka siapa?”
“maunya siapa?”
“bisa gak daritadi aku nanya itu dikasih jawaban, bukan malah kayak nanya balik”
“haha… sengaja kan mau bikin kamu kesel. Ya gpp lah ya, seharian ini doank”
“yayaya…”
“eh potong dong bung kuenya, dari artis nih. Jauh belinya, di jonggol”
“dididih…. Kebanyakan nton sinetron”
“lah itu kamu tahu, kalo jargonnya dari sinetron. Berarti kamu juga sering nton sinetron”
“gak pernah sih, eh pernah sekali nton yg di rcti itu, yang soundtracknya penyanyi seribu milyar. Hahaha”
“sumpah demi apa, kamu nonton. Aku aja yang lagunya di pake soundtrack gak pernah nonton”
“gak kebetulan kemarin, itu juga awalnya aja. Udah sih malah bahas sinetron”
“tadi ke sini kok bisa izin gimana ceritanya”
“ya mau keluar gitu lah bilangnya. Aku sekarang tidur udah berdua doank loh satu kamar”
“hm. Sama siapa? Reuben” fatin berbicara sambil terus melahap kue yang ingin dia kasih ke mikha. Mikha yang melihat tingkah fatin langsung mengambil tangan fatin untuk dia lahap kue tersebut.
“yang ulang tahun kamu atau aku sih”
“hahaha.. sory… sorry.. habis enak. Laper juga soalnya”
“jawab…”
“apaan?”
“mereka itu siapa?”
“oh.. temen kampus. Selain mereka bertiga ada lagi tau temen aku yang lain, tuh lihat tuh”
“ngumpet.. hahaha” mikha mengarahkan pandangannya kea rah yang ditunjuk fatin. mikha merasa masih baru melihat mereka, mungkin karena mereka adalah teman-teman baru fatin.
“iyaa, sok sok mau jadi paparazy katanya. Woi… candid sebar twitter awas aja loe semua.. !!” teriak fatin
“1 foto gocap deh tin. Janji gak sebar. Hahaha”
“gocap dikit banget,,, seratus ribu donk. Kan artis” ledek mikha
Fatin yang mendengar ledekan mikha pun akhirnya mulai mencubit bahu mikha. Sudah lama sekali sepertinya hal itu tidak dia lakukan, semenjak mereka sama-sama sibuk dan semenjak kejadian itu. Fatin dan mikha menikmati setiap tawa yang mereka ramu sendiri. Hati seakan menjadi jamuan rindu yang sudah berkepanjangan meronta. Fatin juga seakan menjadi halaman demi halaman untuk setiap tulisan-tulisan yang akan mikha buat dengan penanya.
“btw, aku udah putus”
“hah.. serius..”
“hm…” fatin mengangguk pelan
“jawabnya lemes gitu, berarti sedih putus sama dia”
“biasa aja sih. Kan yang minta dimulai bukan aku”
“kita sudahi………”
“maksudnya?”
“semuanya.. udah selesai. Kamu gak perlu kemana-mana lagi”
Fatin tersenyum, dia sangat tahu maksud mikha apa. Fatin mengambil kue dan mulai menyuapinya ke mikha.
“selamat ulang tahun my castle, my brown, semoga semua yang kamu mau, yang kamu inginkan tercapai. Se..mua....nyaaa…”
“thankyou.. cony !”
“gak bakat romantic banget sih lau !!”
“scorpio boy romantic dengan caranya sendiri. Jadi nyantai aja bung !”
“dididih… hahaha”
Fatin yang gemas pun akhirnya memumukul-mukul tubuh mikha dengan lembut.
Hati akan selalu menuntun untuk merebut bahagia itu kembali. Singgasananya tidak pernah tertukar. Dia tahu siapa yang harus duduk disana. Terima kasih cinta, terima kasih sudah mengembalikan senyumku yang hilang. Terima kasih sudah setia menjaga hatinya hanya untuk milik mereka masing-masing. Selalu ingat “senja yang muncul setelah hujan akan jauh lebih indah, bukan?”
“dan walau waktu berjalan, ku kan terus bertahan, pelukku, yang akan selalu menghangatkanmu. Dan tak ka nada yang bisa, melepasmu dariku, pelukku yang akan selalu menjagamu… oh.. oh….” Mikha menyanyikan lagunya bersama bandnya yang akan rilis di bulan ini.  Sementara fatin dengan senyum memperhatikan mikha. 
pict by: kak ney




Wednesday, November 26, 2014

LELAKIKU



Malam itu menjadi saksi betapa aku bisu. Betapa aku tidak bisa berkata-kata lagi. Dia sibuk dengan semua pengakuannya, sementara aku sibuk menyeka setiap airmata yang mengalis di sela-sela kepalaku yang tertunduk. Aku tidak tahu kenapa aku bisa begitu ceroboh menikmati setiap permainannya. Ntahlah, mungkin semua sudah terlambat sekarang. Dia menjadi satu-satunya orang yang aku cintai. Malam seakan semakin syahdu, sementara aku dan dia hanya bisa beradu detik jam yang setiap kali memperdengarkan suara detiknya yang berpindah.
“maafkan aku airin” kata pria itu tersedu
Kenapa dia menangis, kenapa bukan aku yang menangis. Kenapa justru dia yang menunjukkan kelemahannya. Tidak, itu airmata buaya bukan. Kau tidak akan mungkin menangis, sementara ini semua salahmu. Kau yang memulai hubungan ini dengan kebohongan.
#
“kenapa kau bisa jatuh cinta dengan andi, airin?” Tanya perempuan itu
“aku tidak tahu mbak, dia teman kerjaku. Aku juga baru mengenal dia semenjak begabung di perusahaan advertising yang sama” kataku
“tidakkah kau tahu aku dan dia pernah memiliki hubungan yang sangat special?”
“tidak mbak. Sama sekali aku tidak pernah tahu. Bahkan aku sama sekali tidak pernah menanyakan masa lalunya, padahal kami sudah berpacaran hampir 2 tahun ini mbak”
“kenapa kau tidak pernah menanyakannya?”
“aku rasa, aku tidak punya hak untuk menanyakan apa yang sudah menjadi masa lalunya. Tidak etis rasanya jika aku terlalu ingin tahu mengenai itu. jika dia memang benar-benar menganggapku ada, pasti dia akan menceritakannya sendiri tanpa perlu aku tanya.”
“lalu… sudahkah dia menceritakan masa lalunya. Kalau belum, berarti kau belum di anggap ada olehnya, bukan?”
Tangisanku semakin menjadi-jadi. Aku semakin tak terkendali. Hatiku rasanya sudah tidak bisa diatur untuk mencoba berpikir positif. Perempuan ini merupakan salah satu rekan kerjaku. Dan dia… aahh.. masih belum bisa aku mengingat semua perkataannya. Kenapa harus seorang Andi yang sangat aku cintai.
Bukankah cinta harus bermula dari kejujuran, atau bermula dari kita yang sama-sama tahu tentang kita. Mustahil jika selama ini seorang Andi, pacarku bisa membohongiku. Tidak, dia tidak pernah membohongiku, dia hanya belum menceritakannya. Sampai akhirnya, mbak ambar menceritakan hal itu. mungkin Andi takut. Mungkin dia tidak kuasa. Atau mungkin dia tidak tahu jika mbak ambar adalah salah satu sepupu tertuaku. Dia kaya, dia memiliki beberapa perusahaan. Jangan-jangan mbak ambar hanya mencoba memperdaya pikiranku. Hingga aku bisa putus dari andi.
Semua pikiran-pikiran aneh bergelayut bebas di pikiranku. Aku mencoba untuk menepis semua pikiran negative. Tapi rasanya, itu saja tidak cukup. Disaat aku sedang bergulat dengan tangis dan isakan suaraku di depan mbak ambar, andi berusaha menelponku berkali-kali.
“angkatlah, siapa tahu itu penting.” Mbak ambar tersenyum
Apa maksudnya. Kenapa dia bisa tersenyum semanis itu dihadapan wanita yang terlihat bodoh ini Tuhan. Kenapa dia tidak bisa sedikit saja merasakan rasanya jadi aku. Dia jahat atau memang dia tipe wanita yang seperti itu. dan, kenapa dia menyuruhku mengangkat telpon andi, tidakkah dia takut, ketika aku mengangkatnya aku menyuruh andi untuk datang ditempat dimana kami bertemu.
Aku langsung mengirimi pesan ke andi. Aku menyuruhnya untuk menungguku dirumah, malam nanti. Aku harus bicara dengannya. Aku harus tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa semua ini harus terjadi, disaat pesta pertunangan akan segera dilaksanakan. Tuhan adil bukan. Disaat satu kelopak bunga mawar berguguran disaat itulah putiknya mulai jatuh perlahan, seperti itulah yang sedang aku rasakan.
#
Langit sore itu sedang memunculkan senja yang sedang aku tunggu-tunggu. Warna orangenya seakan bisa mendamaikan hatiku yang masih kaku. Walaupun tersenyum getir, tapi aku mencoba untuk tersenyum menyapa senja. Padahal, nanti malam adalah dimana aku dan andi harus benar-benar mengalami keputusan sulit. Aku berharap senja tidak akan pernah kembali ke peraduannya, namun, malam lebih menginginkannya.
Andi datang dengan sepeda motornya. Dia masih rapi, mungkin dia baru pulang kerja. Ya, dia memang bekerja ditempat yang sama denganku, tapi beda posisi denganku. Hari ini andi mendapat lembur.
“kenapa sayang..? ada yang mau diomongin ya? kenapa tadi waktu istirahat makan siang kamu tidak ada dikantor?”
“aku makan siang diluar, sama temen. Ini tehnya. Maafin aku ya ngerepotin kamu. “
“santai aja, kenapa. Mau bahas soal pertunangan kita ya?”
Seluruh tubuhku seakan kaku, tidak bisa lagi untuk menatap wajahnya. Lelaki ini, kenapa dia seperti malaikat, sedang sebenarnya dia iblis. Kenapa harus dia yang aku cintai. Aku bingung Tuhan. Apa yang harus aku lakukan. Pikiranku melayang-layang. Tangisan tidak bisa terbendung lagi. Perempuan itu kenapa dia hadir disaat aku dan andi sedang menikmat secuil kebahagiaan yang akan kami bangun.
Perempuan macam apa dia yang tega melukai hati saudaranya hingga hancur berkeping-keping seperti ini. Apa yang dia mau dariku. Atau apa yang dia irikan dariku.
“siapa ambar? Kamu kenal dengan ambar, ndi? Diapa dia? Bisakah kau menceritakannya?”
Andi terdiam. Dia sedikit melonggarkan dasinya yang begitu ketat. Sedikit menelan ludah. Sedikit salah tingkah ketika aku menyebutkan nama ambar. Dia mengambil the yang sudah aku buat. Wajahnya pucat. Lelakiku keringat dingin. Lelakiku sedang berduka, benarkah. Atau dia benar-benar tidak paham dengan pertanyaanku.
#
Rekan kerjaku ntah kenapa tiba-tiba mengajakku makan siang diluar. Membahas masalah pekerjaan. Baru wanita ini, yang membahas masalah pekerjaan, hingga mengajakku keluar kantor.
“maaf aku mengajak kamu makan ini tiba-tiba airin.”
“tidak apa-apa mbak, tumben.”
“ku dengar kau akan menikah ya, dan sekarang sedang menyiapkan pertunangan dengan pacarmu? Kenapa tidak pernah mengenalkannya kepada mbak?”
“aku.. haha.. sebenarnya bukan tidak mau. Aku ingin memperkenalkan dia disaat hari pertunaganku mbak.”
“siapa lelaki yang beruntung itu airin?”
“namanya andi, dia teman kerjaku mbak. Anaknya baik.”
“kamu mencintainya?”
Aku mulai mengernyitkan keningku. Ku tatap wanita itu penuh dengan rasa curiga. Kenapa dia mempertanyakan hati seorang wanita yang sudah menyiapkan pertunangan, sudah barang tentu wanita itu mencintai lelakinya.
“airin. Aku kenal andi. Dia adalah salah satu pegawai ku dikantor, 4 tahun yang lalu. Dan kau perlu tahu airin, kau terlalu baik dan terlalu cantik untuk pria brengsek seperti dia” mbak ambar menjelaskan dengan terbata-bata
Kenapa wanita ini menghina lelakiku. Kenapa dia bisa seperti begitu menganal lelakiku. Kenapa? Aku masih diam. aku ingin tahu lebih banyak lagi, aku ingin berkomentar, tapi lidahku seakan keluh. Jantungku mulai tidak dapat diajak berkompromi. Detaknya semakin tidak beraturan.
“andi dan aku pernah menjalani hubungan yang special. Bahkan kami sudah pernah tidur airin. Dan aku, aku pernah mengandung anaknya. Anak itu ada di salah satu panti asuhan. Aku menitipkannya disana karena aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Kau ingat, 3 tahun yang lalu, aku memutuskan untuk pindah keluar negeri, itu dikarenakan aku sedang mengandung anakku. Itu hasil perbuatan andi. Dan kau tahu, dia jahat. Setelah dia tahu aku hamil, dia pergi meninggalkanku. Dia hanya mau hartaku airin. Aku tahu, kau wanita yang cantik dan juga baik, maka dari itu aku ingin kau mendapatkan seorang lelaki yang baik pula.”
Wanita 35 tahun itu berceloteh panjang lebar mengenai lelakiku. Mengenai andi yang menjadi seorang pangeran dihatiku. Tidakkah ini kenyataan yang begitu pahit yang harus aku terima. Kenapa dia bisa begitu jahat. Dan kenapa andi tidak pernah menceritakan ini kepadaku.
Aku hanya diam. aku tahu, diam tidak bisa menyelesaikan masalah apa-apa. Kenapa dia bisa begitu terlalu menyakiti dan menohok hatiku dengan begitu juga mudahnya. Tangisanku pun akhirnya pecah. Siang itu, seakan nasipun sudah tidak bisa aku telan. Makanan yang aku pesan terbuang sia-sia.
#
Andi menjelaskan panjang lebar, dia tidak berbohong. Sama sekali tidak. Dia menceritakan dengan sangat detail. Sama seperti yang diceritakan wanita itu. tidak ada kebohongan. Kenapa dia bisa begitu terbuka kepadaku. Andai saja aku menanyakan hal ini dari dulu, mungkin tidak akan sesakit ini.
“maafkan aku airin” andi tertunduk
“lalu, kau mau aku melakukan apa ndi?” tanyaku pelan
Andi seakan mendapat tamparan keras dari pernyataanku. Dia menolehkan wajahnya, dia mengambil tanganku, dipegangnya erat.
“lakukanlah apa yang harus kau lakukan.  Lakukanlah apa yang hatimu kehendaki. Aku tahu kau lebihdewasa dari pemikiranku airin. Kau wanita yang selalu bisa membuat aku menjadi satu-satunya pria paling beruntung dalam hidupku.”
Aku terdiam, aku memeluk erat tubuhnya. Aku menangis di pelukannya. Dan dia, menangis di bahuku. Dia seakan benar-benar menyesal tidak pernah menceritakan masalah ini. Dia seakan-akan benar-benar membutuhkan bahuku.
#
Hari itu menjadi hari dimana aku dan andi memutuskan untuk tetap melaksanakan pertunanganku. Aku yakin, masa lalunya hanya menjadi sebuah polemic pengalaman yang mengajarkan kedewasaannya. Karena selama ini, dia lelakiku tidak pernah membuat aku kecewa. Bahkan secuil dan setetes tangis. Lelakiku menjadi penyebab bahagia dan tangis yang timbul. Dan wanita itu, dia hanya sebagai penguji dan menjadi pembelajaran untukku. Karena cinta yang aku maknai sangat sederhana. Cinta tidak pernah memandang siapa dia dahulu, tapi siapa dia yang mau melangkahkan kakinya ke depan bersamaku. 

bersambung...

Sunday, November 9, 2014

Always in Your Dream



Malam itu suasana sangat haru. Ada binary teka teki di wajah mikha yang menatap ke arah sekelilingnya. Ada mada dengan wajahnya yang terlihat sinin memandangku, ada juga reuben yang menunjukkan wajah kekecewaannya, ada mama dan papa yang terlihat sedih, ada Andrew yang menunjukkan wajah seakan tidak percaya. Sedang aku, hanya mencaoba menerka apa yang telah terjadi. Aku baru saja bangun karena alarm dan notif handphoneku berdering bergantian tanpa antri. Suara longlongan kecil dari louloe dan griztly mencoba menyapaku. Kini, mereka satu persatu meninggalkanku sendirian di ruang tv tersebut. Setelah Andrew sukses mengajakku untuk berkumpul karena ada yang ingin dibicarakan. Dan aku melihat gritzly menggelayut mesra di kakiku. “maaf gritzly aku sedang malas untuk bermain” kataku menatap ke arah anjing lucu tersebut.
“ohhh come on ma, pa, bisakah kalian beritahu aku ada apa sebenarnya? Aku sedang tidak ingin bermain. Sedang tidak ingin bercanda. Sedang tidak ingin…” aku membalikkan badan
Semua sorak bergembira.
“surpriseee…. !!” ucap mereka serentak. Padahal aku belum sempat melanjutkan kata-kataku. Aku terkejut mendapati apa yang aku lihat dihadapanku sekarang. Semua keluargaku memberikanku surprise yang tidak terduga dan sama sekali tidak pernah ku pikirkan.
“kalian sudah cocok menjadi pengisi acara di birthday party anak usia dini” kataku. Aku memandangi mereka lagi. Mama dan papa dengan lucunya memakai topi khas ulang tahun berbentuk kerucut dan bercorak balon warna warni. Reuben, mada, dan uga Andrew juga memakainya. Mada membawa terompet kecil yang bisa terkulum jika tidak di tiup, reuben membawa chocolate cake bertuliskan “HBD mikha, selamat NU menjadi jawara liga premiere di mimpimu” . reuben memang sangat pintar untuk berkasarkastik.  Sementara mama dan papa membawa dua buah kotak seperti kado.
“tiup mikh, kurasa aku sudah tidak sabar untuk melukis wajahmu dengan cream ini” ujar Andrew memecah suasana menajdi riuh. Aku mengacak-acak rambutnya. Aku mendekatkan wajahku kea rah cake yang dibawa reuben.
“tulisan ini terlalu panjang untuk cake ukuran sedang ini ben, kau membuat cakeku jadi tidak lucu lagi” kataku sebelum meniup lili diatasnya.
“wuusshhh… yes. Thank you guys.. thankyou ma, pa” kataku mencium mereka bergantian lalu memeluknya.
“ben, ulahmu akan aku bayar di tahun depan”
“sepertinya uangmu akan habis mikh, untuk membeli tisu” kata reuben sambil mengedipkan sebelah matanya
“reuben…!!” kataku
“dadamu sudah terlalu lebar mad, tidakkah kau ingin mengecilkannya beberapa centi?” kataku ketika memeluk mada
“kau sudah besar mikh. Cepat urus SIM mu agar aku bisa dengan santai menikmati tidurku di jok belakang mobil”
Aku hanya memainkan pundakku.
“Andrew,, ku harap kau tidak akan pernah salah dalam memilih” kataku saat aku hendak mendekatkan tubuhku ke tubuhnya
“kalau begitu kau tidak perlu memelukku mikh, aku tidak ingin nasibku sama denganmu. Hahaha”
“pinter banget.. astagah !!” kataku
Kami pun bernyanyi sekali lagi lagu selamat ulang tahun untukku. Ya, ini tanggal 8 november. Tanggal dimana 17 tahun lalu aku dilahirkan ke dunia. Aku memandangi mereka satu persatu, saudara-saudaraku dan juga orangtuaku. Mengingat apa yang telah aku capai dan aku beri untuk keluarga ini. Setidaknya, mimpi ku harus benar-benar terwujud beberapa waktu dekat. Aku ingin mempersembahkan sebuah album untuk mereka.
Satu jam kemudian, sepertinya mataku mulai lelah. Aku izin untuk masuk ke kamarku dilantai dua. Reuben masih sibuk menonton televisi. Mada sibuk dengan gadgetnya. Tidak tahu apa yang dia kerjakan. Sementara Andrew mengikutiku dari belakang untuk masuk ke kamar. Aku langsung mengambil handphoneku. Dan melihat banyaknya notifikasi dari beberapa akun sosmedku. Aku mencoba membuka line. Dan ada beberapa pesan di line yang mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Termasuk.. dia….
Anda menerima 1 pesan voicenot dari Fatin
Aku mendengarkan dengan seksama. Tapi tidak begitu kedengaran. Aku mengambil headsetku, dan mencoba mendengarnya dengan baik.
“selamat ulang tahun mikha.. selamat ulang tahun mikha.. selamat hari ulang tahun.. selamat ulang tahun.. mikhaa…. Semoga segala yang ingin dicapai bisa terwujud. Semoga jadi mikha yang lebih baik lagi biarpun sekarang udah baik banget. Semoga selalu sehat, stay jagger. All the best. Kalo kamu udah tidur, selamat tidur.. “
Kemudian ada sticker cony membawa kue. Tanpa sadar aku terenyuh. Ketika aku benar-benar merasa bahwa dadaku bergidik. Aku tidak percaya jika fatin masih mengingat hari ulang tahunku. Terlepas dari bagaimana dia tahu. Apakah ada fans ku yang memintanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun lagi seperti tahun lalu, atau ada yang berulang kali mengingatkannya. Ntahlah, yang aku tahu bahwa fatin mengingat hari ulang tahunku. Padahal aku tahu, beberapa saat tadi sebelum akhirnya mataku terpejam, fatin tengah menjadi perbincangan orang-orang yang muncul di timeline ku, karena performa nya disalah satu acara.
“makasih bung. Baru bangun. Habis dapet surprise dari mama, papa, reuben, mada sama Andrew. Aku kirimin videonya mau lihat?”
“mana..?”
Satu video yang mikha rekam saat acara surprise birthday nya pun tekririm ke fatin. beberapa saat kemudian, ada balasan dari fatin.
“seru banget. Ya udah aku tidur ya.. kamu jangan tidur malam-malam. Nanti rambutnya makin cepet tumbuh”
“hahaha..”
Pembicaraan yang harusnya menarik pun kini seakan canggung dan sudah tidak semenarik dulu. Ntah kesalahan ada di aku atau memang keadaan yang mengharuskan aku dan fatin haruas benar-benar menjaga jarak. Kami tidak ingin menyakiti siapapun atas kedekatan kami.
Sementara diujung sana, fatin menahan airmatanya. Dia melihat betapa keluarga mikha sangat bahagia memberikan kejutan untuk mikha, setidaknya kini fatin tahu jika mikha sudah benar-benar bahagia dan tidak memikirkan hal yang pernah menjadi perdebatan diantara mereka berdua.
#
“mikh.. akhirnya semua terungkap” katanya sore hari itu.
“aku udah baca beritanya. Terus mau gimana?” balasku
“kenapa kamu gak marah? Kenapa kamu gak cemburu atau ngelarang aku dan suruh aku berstatement untuk tidak membenarkan berita itu. Kenapa kamu diem aja sekan tidak perduli”
“aku emang gak perduli tin. Aku udah sibuk memikirkan albumku, tidak ada waktuku untuk memperdulikan hal-hal seperti itu”
Fatin terdiam cukup lama, telpon kami seakan hanya angin yang saling berbisik. Aku sudah lelah untuk memperjuangkan hal ini. Mungkin benar, lelah sudah menghinggapiku. Tapi rasa sayangku terhadapnya tidak pernah aku elakkan.
“mikh.. “
“kamu cape, kamu udah jalanin semuanya, kamu udah lakuin yang menurut kamu emang harus kamu lakuin, aku bangga dan salut sama kamu. Aku pasti akan ambil bahagiaku lagi, tapi aku gak bisa di paksa tin. Aku gak bisa melakukan hal itu dengan terpaksa, terpaksa menyakiti orang lain dan orang banyak. Ngerti ya. Kamu tetep aja pertahanin itu”
“terus kamu pikir, aku di judge sana sini itu enak. Kamu pikir, banyak fans yang kecewa dengan pemberitaan itu, itu enak. Aku harus jawab hal-hal yang sebenernya aku males jawab tapi aku jawab hanya untuk membuat semuanya seperti natural. Atau kamu mau aku bilang ke semua orang kalau dia sebenernya hanya pelarian. Aku gak suka mikha. Tapi okeh, sepertinya sekarang akut ahu siapa yang mesti aku banggain dan aku perjuangin. Aku pikir kamu mimpi indah mikh, tapi nggak ternyata kamu Cuma sekedar mimi buruk yang lewat di mimpi aku. Aku doain yang terbaik buat kamu !” jelas fatin panjang lebar. Tutututtt… telpon mati. Aku terdiam, aku mengepalkan tanganku. Ingin marah. Ingin rasanya aku berteriak. Tapi aku tidak ingin membuat keriuhan.
“ambil, sepertinya kau lebih membutuhkannya daripada aku” kata reuben sambil memberikan sehelai sapu tangan
“aku hanya ingin menerkamu ben sekarang. “
Reuben tersenyum dan memainkan rahangnya. Aku tahu reuben sedang ingin menghiburku, tapi aku tidak ingin bercanda sekarang.
#
“selamat ulang tahun mikhaaa….” Sambil melayangkan senyum dan membuat mikha terkejut tidak menyangka..


#Bersambung
Okeh,, segini dulu..
Mau tahu kelanjutannya.. tungguin aja..
Hayoo.. siapa yang kasih kejutan ke mikha.. hahaha

Friday, November 7, 2014

Sekedar Tulisan Tanpa Pena



“karena apa yang aku rasakan, tidak pernah sama sekali mereka rasakan….”

Aku Cuma bisa diam, Cuma bisa menangis, Cuma bisa menganggukkan kepala, Cuma bisa melawan tapi hanya beberapa kali perlawanan, Cuma bisa tersenyum, Cuma bisa bicara dan marah dalam hati, Cuma bisa berontak dalam hati, Cuma bisa marah-marah dan ngelawan lewat tulisan yang kayak sekarang aku lakukan, nulis di blog.. dan ini baru pertama kali aku lakukan. Baru pertama kali juga aku isi blog aku dengan kisah pribadi aku..
Mungkin jika kalian yang melihat aku sebagai nanda, akan selalu mengatakan jika aku bawel, aku drama queen, aku cengeng, aku manja, aku sok tahu.. aku tidak akan pernah meralat perkataan itu, karena memang begitulah aku adanya…
Kalian yang belum pernah lihat aku, dan sering lihat aku hanya dari segala-gala twit aku di akun twitter aku @Nandarisanti mungkin akan kaget jika kalian lihat aslinya aku gimana. Aku emang bawel, aku rada gesrek, iya. Di twitter hanya orang-orang tertentu yang bisa benar-benar memahami aku.
Tapi bukan itu yang ingin aku bagi atau aku ceritakan. Tapi masalah aku dan kenapa aku harus merasa dan berkata bahwa aku ini introvert, padahal aku di segala akun sosmedku begitu bawel dan selalu banyak berbicara atau banyak bertingkah aneh.
Aku anak pertama dari dua bersaudara, aku memiliki seorang adik lelaki. Aku tahu, bagaimanapun aku, aku seorang anak perempuan yang sebenarnya harus benar-benar dijaga (Kata mereka-orang tua)  tapi, terkadang aku berpikir, pernahkah mereka menyadari apa yang mereka lakukan kepada anak mereka tanpa sadar. Orang tuaku, begitu memperhatikan aku, ya memperhatikanku. Mereka lebih sering memperhatikanku daripada memperhatikan adikku. Mereka bilang “Karena nanda anak perempuan, sementara adik nanda itu lelaki” masalahnya, bukankah di zaman seperti ini laki-laki dan perempuan itu sama saja, sama-sama bisa berada didalam bahaya, sama-sama bisa terjerumus didalam pergaulan bebas, sama-sama harus dijaga. Kenapa hanya aku yang merasa jika aku saja yang terlalu di perhatikan. Dan bukannya semua itu kembali pada individunya masing-masing. Bagaimana dia menjaga dirinya sendiri. Bagaimana dia berprilaku di depan orang banyak agar tidak ada orang yang berani macem-macem dengannya. (Koreksi aku jika pandangan aku salah)
“sini uanganya, biar ibu aja yang nyimpan”
“jadi, uang segitu banyak kemana semua? Mana sisanya, sampe gak Nampak semua uangnya habis kemana?”
“ngapain pergi-pergi kalo gak ada yang penting kali”
“ngapain ke kampus? Alah, kalo Cuma untuk main-main gak usah lah”
“ngapain ikut-ikut komunitas teater kayak gitu, hari sabtu itu mendingan dirumah. Ngapain ke kampus. Dikampuspun gak ada orang”
“nanda itu terlalu boros, makanya kan udah sering ayah bilang, uang itu disimpan bagus-bagus”
“kapan skripnya siap? Jadi kapan wisuda. Lihatlah, kawanmu aja bisa wisuda bulan 10”
“alah, deka aja kerja bisa nyusun skripsi sekalian. Kenapa nanda gak bisa?”
“ngapain nanda dirumah aja, mending kan kerja. Udah terima aja kerjaan itu. Itung-itung cari pengalaman”
“ya udah, lihat aja nanti nanda urus sendiri kuliah nanda”
Aku sudah hamper hapal dengan semua perkataan itu. Kalian bisa lihat kan bagaimana orang tuaku terlalu memperhatikan aku. Begitu perhatiannya sampai aku tidak bisa bergerak kemanapun aku mau. Aku tidak pernah ditanya terlebih dahulu untuk mengambil keputusan. Dan jika aku memberanikan diri mengambil keputusanku, keputusanku selalu salah mereka anggap. Padahal, keputusan mereka kadang tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Tidakkah itu begitu sangat tidak adil? Ntahah..
Aku mungkin terlalu berlebihan menanggapi apa yang mereka katakana. Typical seorang nanda risanti yang tidak bisa sama sekali tibentak atau dimarahi, kalau dimarahi langsung dipikirkan pa kata-kata yang keluar dari mulut orang tua.
Aku pernah melawan mereka. Tapi setelah itu aku sadar jika apa yang aku katakana itu secara tidak langsung menyakiti mereka.
“teater itu perlu yah, untuk melatih kepercayaan diri nanda. Supaya banyak temen juga di kampus. Sabtu gak ada orang di kampus namanya libur. Ya, paling ada orang-orang di komunitas itu lah”
“uang nanda habis untuk keperluan kuliah yah, dan banyak biaya tak terduga. Ayah tahu, uang 50rb aja dalam sehari bisa habis hanya untuk ngeprint dan fotocopy sana sini”
“ibu gak tahu, nanda yang tahu. Nanda yang menjalani perlualiahan itu kayak gimana. Ibu kan Cuma lihat nanda dirumah ketawa-ketawa kayak gak ada masalah dikampus kan? Jadi ya udah. Karena percuma nanda kasih tahu pun ibu gak akan ngerti”
“ya udah. Banding-bandingin aja terus nanda bu. Ibu kayak gitu seakan-akan ibu gak pernah percaya sama nanda”
“nanda keluar juga Cuma sekali-kali yah. Udah gitu pun perginya izin kan, dan ayah sama ibu tahu nanda pergi sama siapa. Kemana. Ya udah lah..”
“adik dika aja yang gak pernah ada dirumah, sepulang sekolah langsung keluar terus plg maghrib habis maghrib pergi lagi. Kayak gitu tiap hari. Kenapa gak ibu sama ayah marahin. Karena dika anak laki-laki. Justru sekarang harusnya ibu lebih waspada sama kelakuan dika diluar sana, daripada sibuk mikirin nanda”
“nanda pulang tiap hari selasa itu am 6 dari kampus yah. Ya udah lah gak usah di telpon-telpon nanya kok belom pulang. Padahal lagi kampus. Malu-maluin aja ayah ini”
“nanda Cuma minta tolong anggap nanda anak ayah sama ibu yang udah besar, udah umur 21 tahun. Bukan anak-anak kecil lagi yang umur 13 atau 15 tahun yang masih harus diawasi terus. Apa mau sampe nanda udah tua ayah sama ibu kayak gini”
“kasih nanda kelonggran dan ruang untuk privasi nanda yah, nanda Cuma mau ayah sama ibu percaya kalo nanda bisa urus hidup nanda sendiri sekarang. Cuma mau ayah percaya kalo nanda udah bisa nentuin mana yang baik mana yang buruk. Toh nanda selama ini juga kalo ngelakuin kesalahan jujur sama ibu atau ayah. Minta maaf juga”
Dan ketika setiap pembelaan-pembalaan seperti itu keluar dari mulutku, kalian tahu. Wajah mereka yang tadinya seperti ingin menerkamku mendadak pilu. Ada sendu yang tak terbaca. Mereka seperti takut kehilangan anak mereka. Seperti tidak menyangka jika anak mereka sekarang sudah besar. Aku ingat betul ada seorang tetangga ku yang mengatakan hal ini “kalian lucu lah (menunjuk ke orang tuaku) nanda ini kan udah besar. Kalian anggap aja dia masih kecil. Cemana sikapnya gak kayak anak kecil”
Aku percaya, kasih sayang orang tua sepanjang masa, mereka melarang aku ini itu ada alasannya. Mereka tidak pernah mempercayaiku mungkin karena tanpa sengaja atau tanpa sadar aku pernah membohongi mereka dan membuat mereka tidak bisa menaruh kepercayaan lagi terhadapku. Tapi satu hal yang beanrbenar bisa aku tangkap adalah, bahwa sepertinya mereka belum siap jika anak mereka sudah akan bisa meninggalkan mereka sewaktu-waktu. Ayah pernah bilang sesuatu dan menurutku ini sukses membuat aku menangis.
“salah rupanya orang tua ingin jaga anaknya. Salah rupanya orang tua mau yang terbaik untuk anaknya. Salah rupanya orang tua ingin anak mereka membanggakan mereka. Sebelum kakak nikah, apa gak boleh rupanya ayah masih kayak gini sama kakak”
Aku mengerti, sangat mengerti. Aku benar-benar memahami. Tapi aku tidak suka. Aku ingin diberi privasi sedikit saja. Kalian tahu, bahkan orang tuaku masih sering mengecek handphone atau tas milikku.
Aku akan selalu memberikan yang terbaik untuk kedua orangtuaku. Itu janjiku. Dan sampai kapanpun, aku ingin membanggakan kedua orangtuaku, menaikkan derajat mereka dihadapan orang lain. Itu janjiku. Tapi apa yang aku kerjakan, aku tidak bisa menceritakannya pada mereka. Aku tidak mau membuat mereka susah. Biarkan apa yang menjadi masalahku, cukup aku yang tahu dan merasakannya…
Ayah sama ibu itu akan selalu aku bahagiakan semampuku. Tidak akan pernah aku lupa bagaiman kalian mengangkatku ketika aku terjatuh. Tidak akan pernah lupa apa yang telah kalian lakukan untukku.
Tapi sekarang, aku sudah mulai paham. Sudah mulai mengerti. Kalian hanya tidak mau aku kenapa-kenapa, kalian hanya tidak mau merasakan khawatir jika aku pulang terlambat, kalian hanya tidak mau terjadi sesuatu denganku jika aku menggunakan uang terlalu berlebihan, biarpun tetep menurut nanda cara ayah sama ibu terlalu berlebihan. hehe
Aku sayang kalian, dan aku tahu kalian menyayangiku teramat. Mungkin aku yang masih belum bisa menerima kasih sayang kalian, masih belum bisa mengartikan sikap kalian. Tapi, percayalah.. Allah tahu yang anak kalian lakukan tanpa pun harus aku ucapkan.. bersabarlah untuk kebahagiaan itu ayah.. ibu.. aku akan membanggakan kalian di Gedung Serbaguna Unimed, dengan pulang membawa gelar sarjana. Setidaknya derajat kalian naik setingkat kan.. dan aku ingin melihat bagaimana kalian sekali lagi membanggakan aku dihadapan banyak orang, seperti waktu kalian begitu bangga terhadapku karena aku bisa lulus masuk ke universitas negeri di medan dan menerima beasiswa tanpa perlu membebankan kalian…
Maaf jika aku belum bisa benar-benar mewujudkan itu untuk waktu yang dekat ini.. aku masih juga harus menjalankan kamauan kalian juga kan,, bekerja..
Nanda tidak akan pernah mau mengecewakan kalian, tidak akan pernah membuat kalian bersedih, maka dari itu nanda tidak mau mengeluarkan apa yang menjadi keluh kesah nanda selama ini..
Kalian… yang baca blog ini. Semoga, bisa jauh lebih baik dari aku menyikapi hal yang dilakukan orang tua kalian.. karena sebenarnya, justru hal-hal itulah yang akan kalian rindukan pada saat kalian suatu saat akan kehilangan orangtua atau kalian sudah menikah..
“sebaik-baiknya mertua, lebih baik orangtua.. sesayang-sayangnya mertua, lebih sayang orangtua,, sekalipun orang tua kita sering marahin kita…” hihihi..

“aku mencinta kalian tanpa batas.. ayah.. ibu..”