Total Pageviews

Sunday, December 29, 2013

Wanita Penunggu Kereta

Malam itu seperti biasanya, aku baru saja pulang dari tempat ku bekerja. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.25 wib. Aku melirik jam tangan kesayanganku. Dengan berjalan kaki, aku menyusuri setiap sudut kota. Lampu hias jalanan kota yang berada diatas kepalaku seakan sedang bersiap-siap untuk menyerangku dengan cahayanya yang jatuh, juga lampu-lampu kota yang berada di pinggir jalan seakan memberikan tanda bawa sudah waktunya dia dibersihkan, dikarenakan cahaya temaramnya tidak secerah dulu. Saat aku sedang menikmati suasana kota malam itu, ada air yang jatuh tepat di wajahku.
“sial..hujan !!” kataku setengah berlari. Aku berlari menuju salah satu  stasiun kereta bawah tanah yang biasanya selalu menghubungkan tempat kerjaku dengan rumahku. Saat kereta terakhir  tiba, aku bergegas untuk masuk dan begitu aku sudah berada didalamnya, aku sedikit merapikan pakaianku yang berantakan terkena air hujan. Aku menapaki setiap kursi demi kursi yang berada di gerbong 7 kereta tersebut. Kemudian aku duduk di kursi paling belakang. Bukan karena memang tinggal kursi itu yang tersisa melainkan karena ada wanita cantik berwajah teduh sedang duduk disana. Wanita itu cantik, terlihat sederhana, menggunakan dress berwarna orange lembut, bermotif polkadot lalu mengenakan bando berwarna putih di atas kepalanya,. Wanita itu menatap ke arah jendela, sambil mendengarkan lagu.
“permisi, boleh aku duduk disini” pintaku
Dia hanya diam, sambil sedikit menggeser tempat duduknya. Aku menaikkan alis kananku sebelah. Bingung. Tidak ada senyum disana. Melainkan wajah yang berekspresikan biasa saja yang ditunjukkannya. Gaya dan cara berpakaiannya persis seperti wanita-wanita jepang. Mata itu, juga seperti menunjukkan bahwa dia memiliki garis keturunan dari jepang.
Aku memperhatikannya tanpa dia tahu. Aku sedikit menahan tawa saat aku mendapati wanita itu menggunakan sepatu cats. Padahal gaya dan busananya sangat feminim. Namun, sepertinya dia megetahui apa yang aku lakukan lewat pantulan bayangan dari jendela kaca yang dipandanginya.

Wanita itu melepas salah satu headsetnya dan memasangkannya ketelingaku. Aku kaget. Kenapa dia memasangkan headset itu. Dia memalingkan wajahnya lagi kearah jendela, tidak tahu apa yang dia nikmati dari hanya sekedar tembok-tembok pembatas itu.
Saat aku menikmati lagunya, betapa kagetnya aku. Dia mendengarkan lagu jepang. Persis seperti yang aku bayangkan. Aku menatap kearahnya lekat-lekat. Tiba-tiba dia memalingkan wajahnya ke arahku
“aku naomy.. “ dia memperkenalkan diri.
#
Mulai sejak kejadian malam itu, aku mulai dekat dengannya. Walau tidak ada sapa, tidak ada pembicaraan khusus, tidak ada Tanya jawab. Dia selalu berada di kereta api bawah tanah itu, tepat disaat aku pulang kerja. Dan tetap sama, dia selalu duduk tepat di kursi paling belakang, dan turun tepat di stasiun selanjutnya.
Kebiasaan-kebiasaan unik, seperti dia yang selalu memasangkan salah satu headsetnya ke telingaku, disaat aku sudah berada disampingnya, dan kebiasannya menatap ke arah jendela. Namun kali ini, sungguh tidak biasa, dia menyenderkan kepalanya ke bahuku. Sambil memejamkan matanya.
“tetap seperti ini, aku mohon. Aku lelah”
Perkataan itu seakan membuat aku terkejut. Aku mulai memberanikan diri memegang tangannya. Seakan aku tahu bahwa malam itu dia sedang sangat  bersedih. Walau aku tidak pernah tahu apa yang membuatnya lelah, tidak pernah tahu darimana asalnya, tidak pernah tahu dia tinggal dimana, tidak pernah tahu kenapa setiap malam dia selalu naik kereta ini.
“aku Arga.. “
Dia menaikkan kepalanya. Dia menatapku lekat, kemudian dalam sekejap dia mencium bibirku. Aku hanya bisa terdiam. Aku bingung, kenapa dia tiba-tiba menciumku. Pada saat itu, tidak seperti biasanya kami melewati stasiun dimana tempat biasa kami berhenti. Penumpang yang ada di dalamnya pun sudah tersisa beberapa orang dan mereka duduk di depan. Naomy  menikmati setiap lumatan-lumatan bibir kenyalku. Dia mengambil tanganku, dan meletakkan tanganku ke pinggulnya. Aku yang tadinya hanya bisa terdiam menikmati, kini mulai benar-benar menikmati, setiap permainannya.
Hampir 10 menit, hingga akhirnya dia melepaskan ciumannya dan mulai memelukku. Dia menangis. Aku bingung, ntah kenapa ada perasaan berbeda. aku jatuh cinta. Ya, sepertinya. Tapi, aku tidak pernah tahu kenapa perasaan ini bisa tiba-tiba muncul.
#
“Naomy, ada kecelakaan pekerja di tempat ayahmu bekerja”
Naomy mulai memandang serius seorang pria yang datang menemuinya dan member kabar itu. Naomy bergegas berlari ke tempat ayahnya bekerja. Dan benar saja, tanah yang sedang di geruk untuk membuat kereta api bawah tanah itu amblas dan longsor. Naomy mulai mengerang, dia memanggil-manggil ayahnya. Sementara mobil polisi terdengar bising dengan suara sirinenya. Macet dimana-mana. Penjagaan sangat ketat. Mobil ambulans terdengar sudah siap untuk membawa para korban.
“ayahku, dimana ayahku. Aku mau lihat ayahku”
Usia 15 tahun. Ya, naom saat itu sudah berusia 15 tahun. Dia menatap lekat wajah polisi yang sedang memeluknya. Dia kenal betul bahwa itu adalah salah satu adik ayahnya yang tidak lain adalah om naomy.
“ayah om, tolong selamatkan ayah. Naomy Cuma punya ayah di dunia ini. Ibu sudah meninggal. Tolong selamatin ayah om. Naomy gak mau kehilangan ayah”
Tubuh naomy mulai melemah. Tangisannya yang tadi pecah sudah mulai tidak terdengar. Naomy terjatuh dan pingsan. Segera dia dibawa ke salah satu rumah sakit terdekat. Hampir 2 jam dia pingsan sampai akhirnya dia terbangun dan langsung memanggil ayahnya. Om naomy pun langsung memegangi tubuhnya agar naomy tidak berontak.
“naomy, om sayang sama naomy. Tolong apapun yang naomy dengar, naomy harus kuat. Naomy masih punya om. Ingat.”
“apa maksudnya om. Mana ayah?” naomy menangis histeris
“ayah terjepit disalah satu pipa, dan tadi jasadnya sudah ditemukan. Tapi ayah sudah tidak bernyawa lagi”
“apa… mana ayah om. Tolong selamatin ayah. Naomy gak mau kehilangan ayah”
“maafin om, tapi ayah sudah tidak ada naomy. Tapi, naomy masih punya om. Ingat”
Naomy langsung berlari ke kamar mayat. Tempat dimana puluhan Korban amblasnya tanah untuk pembangunan kereta bawah tanah itu berada. Dia menemukan ayahnya sudah tidak bernyawa. Sangat kotor. Dia saja hampir tidak mengenali bahwa tubuh kaku yang ada dihadapannya adalah ayahnya.
“ayah,,,,”
#
“jadi, ayah meninggal karena kecelakaan itu. Andai ayah tahu bahwa aku tidak pernah suka dia bekerja disana” naomy menggenggam erat tanganku dan menyenderkan bahunya di bahuku.
“itu sudah takdirnya bukan. Sekarang, lihat. Tanpa ayah naomy, naomy bisa tumbuh besar. Jadi wanita cantik seperti ini?”
“apa kamu sedang merayuku. Atau sekedar menghiburku?”
“haha.. tidak. Tidak sama sekali. Aku hanya meyakinkan bahwa kamu bukan hantu kereta api yang sering dibicarakan itu.”
“hah.. jadi selama ini kamu piker aku hantu dan tidak nyata” naomy bangkit dan menatapku lekat. Dia sedikit memajukan wajahnya dan hanya tersisa 5cm dari wajahku.
“bukan.. maksudnya..”
“sudah hentikan, memang sebenarnya alas an kenapa aku setiap malam selalu menaiki kereta api ini. Selalu berharap bahwa ayah akan muncul. Bahwa ayah aka nada disampingku saat aku duduk sendiri di kursi ini. Karena, ayah biasanya pulang dari sini itu jam 10 malam gini”
Bulu kudukku mulai berdiri. Ntah kenapa, aku merasa memang ada seseorang yang sedang memperhatikan aku dan naomy. Awalnya, aku selalu berpikir bahwa naomy adalah hantu. Itu benar. Ketika naomy bercerita seperti itu, justru membuat aku seakan ingin tahu bahwa apakah benar dia nyata.
“rumah kamu dimana? Aku antar ya?” pintaku
“hmm… serius. Kamu mau nganter aku. Wahhh.. senang sekali. Baru kali ini ada seorang pria yang mau mengantarkan aku”
#
“naomy … lepaskan. Sudah berapa kali saya bilang. Jangan buat kekacauan di sekolah ini”
“kekacauan, ibu menyalahkan saya sementara ibu tahu bahwa yang salah itu dia”
“memangnya apa yang dia lakukan , hah !!”
Naomy sedang bertengakar dengan teman sekelasnya, dikarenakan temannya tersebut senang sekali mengejek dirinya yang tidak memiliki keluarga lagi. Ibunya yang mati bunuh diri karena takut terhadap ayahnya, yang akan tahu bahwa ibunya sedang hamil dengan pria lain. ayahnya yang mati karena kecelakaan pekerja. Semua itu membuat naomy brontak denan teman-temannya. Tapi, soal hal itu tidak pernah ada yang mengerti naomy. Termasuk gurunya sendiri.
“lupakan bu, permisi” naomy pergi meninggalkan ruangan kelas yang tadinya ricuh karena perkelahian naomy dengan teman sekelasnya yang mengejeknya itu.
Sudah hampir 2 kali naomy pindah sekolah hanya karena kesalahan yang sama. Tapi untuk kali ini, dia harus benar-benar menahan rasa sakit. 2 bulan lagi dia akan mengikuti ujian nasional dan keluar dari sekolah itu.
“bertahanlah naomy, kau pasti isa melewatinya. Tidak aka nada bahagia di awal. Bahagia aka nada di akhir setelah cerita selesai” naomy dalam hati sambil menangis terisak di bawah pohon tempat biasa dia berada disana saat jam isitirahat.
#
“silahkan.. sebentar. Aku akan memasak seuatu untukmu”
“mau aku bantu.”
“serius.. dengan senang hati pangeran..” naomy menekuk kaki kirinya dan membuka tangannya.
Naomy memasak seuatu untukku. Sementara aku hanya melakukan intruksi darinya. Saat dia sedang menggoreng kentang. Hasratku untuk memluknya setelah mendengar cerita darinya pun tidak bisa ku bending lagi. Aku memeluknya dari belakang, sementara dia diam.
“aku sayang kamu” kataku membisikkan di telinganya
Naomy membalikkan badannya. Matanya berkaca-kaca. Ada mendung disana. Tidak tahu hal apa yang membuatnya menangis. Dia memelukku. Erat sekali. Dia seakan tahu bahwa aku akan meninggalkannya.
“jangan pergi.. jangan jauh dari aku”
“aku tidak akan meninggalkanmu. Percaya sama aku ya”
#
Hampir 30 menit kami memasak bersama. Hingga akhirnya makanan pun selesai. Sayur asam, dan samabl kentang. Naomy menyuapiku. Aku menikmati setiap suapannya dan juga rasa dari msakan yang dia masak. Aku benar-benar mencintainya Tuhan. Jangan biarkan ini mimpi. Atau jangan biarkan semua pemikiranku bahwa dia tidak nyata itu benar.
#
Setiap pagi, ada seorang gadis yang setia menungguiku tepat diseberang jalan tokoku. Wanita itu tidak pernah ketinggalan dengan headshetnya. Ada satu hal lagi, dia selalu membawakan aku bekal. Ya, mulai sejak malam itu. Aku dan naomy memutuskan untuk bersama. Aku akan menjaga naomy. Ya, gadis yang aku cintai. Gadis yang selama ini sangat kaku. Hanya diam ketika duduk di kereta api. Dia melambaikan tangannya dari jauh. Dan mulai berjalan mendekat denganku.
“selamat pagi.. hari ini pulang jam berapa pangeran?”
“dasar.. hari ini pulang sore. Memangnya kenapa putrid?” sambil mengecak-ngacak rambutnya
“baiklah, sangat tepat. Aku ingin mengajak kamu ke sesuatu tempat.” Sambil bermain mata denganku
“okeh, jam 3 datang temui aku lagi disini. Nanti kita akan sama-sama pergi. Kebetulan aku hari ini bawa motor.”
“jadi kamu punya motor. Kenapa selama ini naik kereta?”
“ya, karena motor aku lagi rusak dan lagi di operasi di bengkel”
Naomy tertawa. Dia memberikan bekal yang dia pegang sedari tadi. Lalu pergi meninggalkan aku. Sambil menitipkan senyum dan lambaian tangannya. Gadis secantik dia, berwajah teduh. Selalu tersakiti. Kenapa harus menerima alur kehidupan yang pahit seperti ini. Tidak ada yang sempurnya dari setiap alur cerita di hidup.
#
Naomy menggunakan gaun putih. Dia terlihat cantik sore hari itu. Tidak lagi menggunakan headshet seperti biasanya. Ada bunga mawar putih yang dia pegang.
“selamat sore ayah, naomy datang. Maaf sudah lama tidak mengunjungi ayah. Ayah, naomy datang dengan seorang pria yang naomy sayang. Umur 19 tahun sudah bisa menikah kan. Naomy boleh menikah dengannya tidak”
Naomy begitu bersemangat memperkenalkan diriku. Aku hanya berdiri di sisi kanannya. Saat naomy meletakkan bunga. Aku begitu kaget. Melihat ada sesosok pria paruh baya di hadapanku. Menggunakan kemeja putih, celana putih, dan berkaca mata. Matanya sedikit sipit seperti naomy. Dia tersenyum. Mungkinkah itu ayah naomy. Kenapa dia menampakkan wajahnya dihadapanku. Padahal yang ingin sekali bertemu dengannya adalah naomy. Aku membalas senyumnya. Dan sejurus kemudian dia menghilang. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Seakan ingin menyadarkan diriku sendiri bahwa yang aku lihat adalah ayahnya naomy. Naomy memperhatikanku dengan seksama.
“hey.. ada apa sih. Kok kamu sepertinya….”
“sudahlah, lupakan. Sudah selesai?”
“sudah.. kita bisa pulang?”
Naomy mengangguk. Aku langsung memegang tangannya. “aku akan membahagiakan naomy om.” Kataku dalam hati. Aku ingin memperkenalkannya dengan ibu dan ayahku. Mereka pasti senang bertemu dengan naomy.
#
“arga sering cerita tentang kamu. Salam kenal ya naomy. Semoga hubungan kalian bisa sampai ke jenjang pernikahan. Ibu sudah tidak sabar ingin memiliki cucu”
“hmm.. makasih tante.” Naomy memeluk ibuku. Dia menangis. Aku tahu, dia pasti sangat merindukan sosok ibu dihidupnya.
Aku membawanya ke taman belakang rumahku. Ada satu kolam renang disana. Kelaurga termasuk keluarga orang berada, tapi aku tidak pernah mau membanggakan apa yang ayahku punya. Naomy kaget saat pertama aku membawanya kerumahku. Namun,begitu aku menjelaskan. Dia memelukku kuat-kuat.
“aku sayang kamu arga”
“aku udah tahu”
“hah.. jangan tinggalin aku. Mengerti”
Aku mencium keningnya. Mencium kedua matanya. Aku mencium kedua pipinya. Naomy hanya terpejam. Dan hasrat untuk mulai mencium bibirnya pun tidak bisa ku elakkan. Naomy.. gadis aneh yang aku temui di kereta. Akan jadi milikku selamanya. Denganku.
#




Monday, December 23, 2013

Tulisan Diandra ...

"ADa jatuh ketika kita sudah berjalan dengan hati-hati... termasuk hubungan yang kita kira selama ini baik, dan jatuh akan menjadikan kita tahu bahwa tidak selamanya CINTA bertuliskan CINTA..."

Mencintaimu lewat senyum yang aku sendiri tidak tahu apa maksud dan artinya. Hanya mencintaimu dalam setiap doa yang mengalir di saat 5 waktuku. Jarak seakan menjadi rindu yang akan membuncah tatkala pertemuan itu terjadi.
#
“die, dia nembak aku!” cerita alya
“lah, terus, bagus donk. Bukannya itu yang kamu mau?”
“iya sih, tapi aku udah punya pacar die. Biarpun kita backstreet dan LDR gitu”
“hah.. “
Kebingungan-kebingungan itu mulai menjalar dipikiranku, ada apa dengan alya? Siapa yang dimaksud dengan alya? Aku bingung. Dia sahabatku , dia tidak pernah menceritakan hal itu. Lalu, siapa yang dia maksud.
Sore itu, alya memang terlihat bahagia. Dia sesekali memainkan handphonenya hanya untuk sekedar member kabar lelaki yang dia akui sebagai pacarnya. Tetapi, jika aku menanyakan siapa pria yang dia maksud, alya selalu mengelak. Ntahlah.. aku selalu bersyukur alya bisa bahagia sekarang.
#
“sayang, aku pergi dulu ya.. kamu jangan nakal-nakal disini. 3 tahun.. gak lama kan?”
“gak kok, semoga sih.. haha “ kataku manja dengan terus berada di dalam pelukannya. Aku tidak ingin melepaskan pelukan itu, aku nyaman dengan semua bau tubuhnya, aku nyaman terus berada diantara dada burung yang sedikit menonjol itu. Apalagi jika dia mulai mengelus-ngelus  kepalaku.
Suatu hari nanti, kami akan sama-sama mengerti jika jarak tidak akan pernah menjadi penghalang. Bahwa jarak tidak akan menjadi seraut sendu yang tiba-tiba menghinggapi.
Menjadi seorang mahasiswa psikolog yang hobby menulis sepertiku sebenarnya membuat aku selalu berpikir bahwa, dunia kepenulisan dan psikologi itu sangat dekat. Kadang adakalanya aku terlalu jahat. Ya, aku mennginginkan semua orang punya masalah, lantas cerita ke aku lalu aku buat sebuah tulisan mengenai mereka. Setidaknya itu adalah hal yang selalu di kerjakan seorang psikolog dan penulis.
Dan menjadi seorang penulis itu juga butuh teman. Sahabat saat aku merasa aku benar-benar lelah. Namun, alya. Dia bukan sosok yang tepat untuk dijadikan sahabat dikarenakan dia memiliki sifat cuek. Seorang psikolog juga terkadang sok kuat. Merasa tegar di hadapan banyak orang, tetapi sebenarnya aku sendiri merasa benar-benar butuh orang lain.
Tapi terkadang aku juga berpikir, apagunanya semua yang aku pelajari selama di perkuliahan . bukannya itu untuk dipelajari dan ditanamkan di dalam kehidupan nyata. Menjalani kehidupan nyata berbeda dengan semua rumus bahkan semua teori di dalam sebuah diktat atau buku-buku yang aku baca dan di pelajari. Semua pengalaman dari orang yang aku teliti atau bahkan dengan sukarela bercerita denganku adalah satu point plus untuk aku agar aku bisa menjalani hidup. Maka dari itu, aku suka dunia perkuliahanku dan dunia menulisku.
Bagas, menjadi sosok pria yang selalu ada untukku. Dia menjadi sosok yang paling mengerti aku. Tidak untuk merasakan bagaimana mengkhianati ataupun di khianati. Tapi aku tidak sebaik peri didalam dongeng Cinderella yang bisa menyihir labu menjadi kereta kuda. Aku hanya bisa menjadi sosok malaikat yang selalu mengingatkan untuk sama sekali tidak bergelut didalam keegoisan diri. Biarpun rasa lelah dan bosan sedang rajin menghinggapi.
“sayang… kamu lelah kan. Lelah dengan hubungan ini. Aku tahu kok?”
Perkataan bagas malam itu menjadi suatu tamparan besar untukku. Kenapa dia bisa tahu. Kenapa dia bisa benar-benar merasakan apa yang sedang aku rasakan. Secinta itukah dia denganku. Atau memang kami berjodoh.
“mungkin aku gak bisa jadi lelaki yang terbaik buat kamu. Tapi aku yakin aku jauh sudah lebih baik dari lelaki yang ada di hidup kamu sebelumnya. Mungkin cincin ini bisa menjadi penjabaran di antara soal-soal matematika hingga menemukan hasilnya. Dan hasilnya ada di kamu?”
Dia melamarku. Tidak, itu hanya sebuah cincin yang dia berikan karena dia tidak mau kehilanganku. Aku belum siap menjalani hidup sebagai seorang istri karena aku masih benar-benar menikmati duniaku. Aku belum siap untuk menjadi penyaji tawa dan nafsu untuknya ketika malam tiba dan dia lelah. Aku belum siap untuk merasakan tangis jika suatu saat masalah itu datang. Aku belum siap untuk merasakan semua yang dirasakan seorang istri dan ibu.
Aku hanya diam. Sesekali membenarkan kacamataku. Tapi tatapan itu seperti menggoreskan keyakinan di antara bulir airmata yang berpadu di bola mata hitamnya. Dengan perlahan aku menghantarkan tangan kiriku, ku jatuhkan perlahan satu persatu jariku. Hingga tersisa jari manis dan jari kelingking. Aku tersenyum dan mulai menjatuhkan jari kelingkingku dengan tangan kananku. Tersisa satu jari manis, dan itu hasilnya. Dia tersenyum sambil memakaikan cincin itu.
#
“selamat pagi buat kamu yang masih belum bisa melupakan masa lalu, selamat pagi dengan kamu yang wallpaper nya sudah berubah menjadi foto berdua dengan selingkuhan” tulisku di akun twitterku.
Kejadian 2 tahun masih merambat bebas di pikiranku. Seharusnya, hal ini bisa ku antisipasi terlebih dahulu. Sebelum akhirnya aku tahu bahwa hal ini terjadi dan membuat aku kecewa.
#
“di.. ini pacar aku. “ kata Alya
Aku membalikkan badan ke arah alya dan betapa kagetnya aku, ada sosok lelaki yang selama 2 tahun ini aku tunggu kedatangannya. Aku tunggu kata-kata manisnya sebagai penawar rindu. Sudah tidak berujung rasa sakit ini sepertinya. Tidakkah bisa seorang mahasiswi psikolog merasa sakit dan ingin menangis.
“oh, hay.. aku diandra. Panggil aja die”
Ada muka penuh rasa bersalah dihdapanku. Dia sama sekali hanya diam dibalik tangan seorang wanita yang menggandeng mesra tangannya. Ada senyum pahit di bibirnya sambil menjulurkan tangan ke arahku.
Aku melihat ada bahagia dimata alya. Terakhir aku melihat keadaan seperti ini saat alya memerkenalkan aku dengan lelaki yang sebenarnya tidak pernah mengakui keberadaannya.
#
Aku berjalan gontai keluar dari café. Ada sosok yang baru saja aku temui di café tadi. Dengan wajah memelas penuh rasa bersalah, dengan wajah setengah menangis. Ada gemuruh di hatiku melihat seorang pria yang aku sayang mengeluarkan airmatanya. Tidakkah sama aku seperti alya. Aku dan alya sama-sama menjalin hubungan jarak jauh selama dia berada di Inggris.
“aku bisa jelasin semuanya die.”
“gak ada yang bisa kamu jelasin lagi ga. Semuanya sudah selesai. Aku, kamu kenangan kita. Semuanya sudah selesai. Tinta yang aku punya udah habis untuk menulis nama kamu lagi.”
“tapi kamu masih bisa pake laptop untuk melanjutkan namaku masih terlihat jelas di tulisan kamu kan? Ayolah die, aku dan alya Cuma hubungan biasa. Bercanda. Ini pertama kalinya kita ketemu.
Pikiranku melayang jauh saat alya menceritakan dan mengutarakan keinginannya untuk menjenguk pacarnya yang sedang sakit di inggris. Dan sosok itu adalah Arga..


#Bersambung…